Bukan kapitalis, bangsa Indonesia!
Indonesia adalah negara demokrasi pancasila.
Pemimpinnya adil bijaksana
Rakyatnya makmur sentosa
Tidak ada korupsi di Indonesia
Dari presiden, mentri, lurah, hingga ketua RT,
Semuanya jujur, bersih, berwibawa.
Parlemen di Indonesia?
Luar biasa!
Siang malam mikir nasib rakyat jelata.
Gaji mereka tidak tinggi.
Tunjangan yang tidak perlu? Mereka tolak semuanya!
Mereka sumbangkan sebagian gaji,
untuk rakyat yang sedang sengsara
ditimpa bencana
Di Indonesia orang bebas beribadah setiap waktu
tidak ada rumah ibadah yang diganggu, diserbu, atau dibakar jadi abu
Membangun rumah ibadah, luar biasa mudahnya
rakyatnya bahu membahu, saling membantu bekerja sama
membangun mesjid, gereja, pura, atau vihara.
Di Indonesia,
pendidikan sangat dijunjung tinggi
anggaran negara banyak dipakai
untuk membangun sekolah bermutu,
dan memberi para guru gaji yang tinggi
dan membiayai uang sekolah murid tak mampu
Perpustakaan dibangun di mana mana
pendidikan guru luar biasa
ratusan ribu siswa dikirim ke penjuru dunia
menggali ilmu, mengembangkan diri
supaya lebih mampu membangun negri.
Indonesia selalu bersatu
tak pernah ada perkelahian antar suku
tak pernah ada kerusuhan, perkosaan, dan penjarahan,
Kalau ada yang bilang begitu, itu bohong!
Propaganda palsu media barat, yang iri hati melihat kemakmuran indonesia.
Inilah ibu pertiwi,
jauh di mata, dekat dihati
kemanapun aku pergi,
pasti 'kan kembali
tlhs, april 2005
Tuesday, April 26, 2005
Sunday, April 17, 2005
Ayat-ayat Kitab Suci
Beberapa kali saya membaca perdebatan antara dua orang yang beragama sama, tetapi bertentangan pendapat. Anehnya, mereka dengan sangat lancarnya mengutip ayat-ayat kitab suci yang mendukung argumen masing-masing!
Saya pun dapat berbuat serupa, yaitu mengutip ayat-ayat kitab suci yang akan mendukung semua argumen saya. Ini saya kira bukan hal yang sulit.
Tetapi saya tidak akan melakukan hal itu. Dan selama ini pun saya cukup konsisten, yaitu tidak pernah mengutip ayat-ayat hanya sekedar untuk mendukung pendapat saya. Bahkan saya sangat jarang mengutip ayat apa pun di dalam semua posting saya.
Sikap saya tentang kitab suci adalah sebagai berikut.
Pesan Tuhan terhadap manusia hanya bisa dipahami secara benar jika kita membaca kitab suci sebagai keseluruhan. Karena itu debat antar agama di berbagai milis sering nampak konyol, yaitu ketika penganut agama A mengutip potongan-potongan ayat kitab suci agama B untuk menunjukkan kekeliruan agama B!
Karena itu yang saya coba lakukan adalah menangkap inti ajaran agama saya yang, menurut saya, hanya dapat dilakukan dengan membaca Bible sebagai keseluruhan dari ayat pertama kitab Kejadian hingga ayat terakhir kitab Wahyu. Membaca kutipan-kutipan ayat tanpa memahami inti ajaran tersebut, menurut saya, adalah hal yang sia-sia saja.
Macam-macam Agama
Apakah mustahil bahwa semua agama di dunia sebenarnya menyembah Tuhan yang sama? Perbedaannya bukan pada Tuhan-nya, tetapi pada konsep tentang Tuhan itu sendiri. Konsep Tuhan menurut Kristen berbeda dengan konsep Tuhan menurut Islam, atau konsep Tuhan menurut Hindu. Mungkin salah satu dari konsep itu keliru atau kurang tepat. Tetapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa sebenarnya orang Kristen, orang Islam, atau orang Hindu menyembah Tuhan yang sama!
Sekarang andaikan bahwa anda memang benar, yaitu bahwa agama-agama yang ada menyembah Tuhan-Tuhan yang berbeda. Barangkali Tuhan yang anda sembah akan mengatakan bahwa orang-orang yang menyembah Tuhan lain akan masuk neraka. Bagaimana jika ada suatu agama yang Tuhannya akan mengatakan bahwa orang orang yang menyembah Tuhan yang lain masih bisa selamat dan masuk surga? Lepas dari benar atau salah, saya cenderung untuk mengatakan bahwa Tuhan yang terakhir ini adalah Tuhan yang lebih berbelas kasih. Bahkan saya berani berkata bahwa Tuhan yang terakhir ini adalah Tuhan yang lebih masuk akal (meminjam pengertian anda tentang "masuk akal").
Penduduk dunia saat ini kurang lebih 6,5 milyar orang. Andaikan hanya satu agama, yaitu agama Kristen yang benar, dan pemeluk agama lain akan masuk neraka. Pemeluk agama kristen kurang lebih 33% dari seluruh populasi. Berarti yang tidak memeluk agama kristen dan akan masuk neraka jumlahnya adalah 67% atau sama dengan 4.35 milyar orang!
Bagi saya akan sulit sekali rasanya untuk menyembah Tuhan yang akan memasukkan 4.35 milyar manusia ke dalam neraka hanya karena menganut agama yang berbeda. Banyak sekali orang di dunia barat (yang kebanyakan beragama kristen) yang merasa sedih dan berduka melihat lebih dari 150 ribu orang di aceh (yang kebanyakan beragama bukan kristen) menjadi korban bencana alam. Bayangkan bagaimana "perasaan" Tuhan sewaktu harus memasukkan 4,35 milyar orang ke dalam neraka!
Sulit saya percayai bahwa Tuhan akan memasukkan orang-orang baik yang tulus dan berbudi luhur ke dalam neraka hanya karena kebetulan beragama lain!
Selain itu, sangat banyak manusia di muka bumi ini yang belum pernah memperoleh kesempatan untuk mempelajari isi ajaran agama lain dengan benar. Bermilyar-milyar manusia hanya sempat mempelajari satu agama saja seumur hidupnya. Mereka pasti pernah mendengar tentang agama-agama lain, bahkan mungkin pernah membaca serba sedikit tentang agama lain. Tetapi mereka tidak pernah punya kesempatan untuk mempelajari dengan benar isi ajaran agama lain. Kalau kemudian mereka harus masuk neraka karena salah pilih agama, bukankah ini sangat tidak masuk akal? Bukankah "kekeliruan" mereka dalam memilih agama itu bukan karena kesalahan mereka?
Saya kira saya nggak pernah punya pendapat bahwa semua agama itu sama saja, atau semua agama itu sama benarnya. Saya akan mengatakan dua hal:
1. Semua agama mengandung kebenaran. Apakah anda tidak setuju, misalnya, dengan ajaran Buddha yang mengatakan bahwa kita harus berbelaskasih kepada semua makhluk dan mengusahakan kebahagiaan semua makhluk, seperti terungkap dalam ucapan seorang Buddhist: "Semoga semua makhluk berbahagia". Agama Buddha adalah salah satu contoh agama yang tidak pernah mengatakan bahwa penganut agama lain akan masuk neraka!
2. Apabila saya memeluk suatu agama yang ajarannya keliru total, apakah masih tertutup kemungkinan bagi Tuhan untuk berbelas kasih pada saya dan memasukkan saya ke surga asalkan saya berkehendak baik dan berbudi luhur? Bukankah ini menunjukkan sikap Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang?
Tentu saja pada akhirnya semua ini kan "terserah pada Tuhan". Ini adalah hak prerogatif Tuhan untuk mengambil keputusan apapun.
Selama ini saya memandang diri saya sendiri sebagai seorang yang masih terus mencari. Meskipun anda membaca argumen-argumen saya yang berbau "ngotot mempertahankan pendapat", tetapi di dalam batin saya selalu terbuka kemungkinan bahwa semua keyakinan saya adalah keliru.
Sampai hari ini saya masih percaya pada Tuhan yang berbelas kasih pada SEMUA manusia, tanpa memandang suku, ras, dan agama. Saya percaya pada Tuhan yang melihat ke dalam inti batin manusia dan membantu SEMUA manusia untuk menjadi manusia yang berbudi luhur. Saya percaya pada Tuhan yang tidak akan memasukkan manusia ke dalam neraka hanya karena "keliru" memilih agama.
Tentu saja keyakinan saya ini bisa salah. Bisa saja Tuhan yang sebenarnya ternyata jauh berbeda. Barangkali Tuhan yang anda sembahlah yang benar, siapa tahu? Barangkali suatu saat nanti anda bisa meyakinkan saya bahwa Tuhan yang anda sembahlah yang sejati.
Agama Inklusif
"Agama Inklusif" mengatakan bahwa:
1. Si penganut percaya bahwa agama yang dia anut adalah yang paling benar. Ini sangat wajar. Jika dia tidak percaya agamanya sendiri paling benar, berarti dia beriman secara tanggung, bukan?
2. Pada saat yang sama, si penganut juga yakin bahwa agama lain juga mengandung kebenaran, dan bahwa penganut agama lain BISA mencapai keselamatan.
3. Si penganut yakin bahwa kemungkinan penganut agama lain mencapai keselamatan, dan kebenaran agama lain, mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kebenaran yang ada di dalam agama si penganut itu sendiri. Inilah yang dimaksud dengan istilah "inklusif".
Sebaliknya, "agama eksklusif" menyatakan bahwa hanya ada SATU jalan keselamatan, yaitu melalui satu agama yang paling benar. Jadi penganut agama eksklusif yakin bahwa:
1. Agama lain sama sekali tidak mengandung kebenaran.
2. Semua penganut agama lain tidak mungkin mencapai keselamatan.
Wednesday, April 13, 2005
Masuk Akal?
Penalaran adalah suatu proses. Dan "masuk akal" adalah kesimpulan yang diambil setelah proses itu.
Untuk mempermudah pembahasan, biasanya orang memandang suatu statement yang merupakan hasil dari penalaran. Misalnya: "Jumlah sudut dalam suatusegitiga selalu 180 derajat". Statement ini diperoleh dari proses penalaran, berdasarkan data-data yang diberikan. Misalnya, bahwa kita punya segitiga yang berada pada bidang datar. (Jika segitiga berada padapermukaan bola, maka jumlah sudutnya lebih dari 180 derajat).
Jadi penalaran adalah suatu proses untuk memeriksa kebenaran suatu statement, atau proses untuk sampai ke statement itu sendiri.
Secara umum, "kebenaran" (sejauh itu bisa dijangkau oleh manusia) bisa dicapai melalui tiga kemungkinan:
1. Pengamatan/eksperimen
2. Pengalaman
3. Penalaran (reasoning)
Proses penalaran bisa gagal atau menghasilkan kesimpulan yang salah:
1. data yang tersedia cukup, tetapi kesimpulan yang diambil salah
2. tidak tersedia cukup data untuk bisa mengambil kesimpulan yang benar.
Bagi manusia di jaman dahulu, statement "bumi mengelilingi matahari"adalah statement yang tidak masuk akal. Mengapa? Sebab saat itu tidak tersedia data untuk bisa mengambil kesimpulan yang lain. Satu-satunya data yang tersedia adalah pengamatan bahwa matahari terbit di timur dan tenggelam di barat.
Ngomong-ngomong, dari mana anda tahu bahwa bumi mengelilingi matahari? Dapatkah anda mengambil kesimpulan seperti itu hanya dengan memandang"pergerakan" matahari setiap hari? Anda percaya bahwa bumi mengelilingimatahari, karena demikianlah yang dikatakan di dalam buku-buku pelajaranatau textbook. Tetapi dapatkah anda membuktikan dengan penalaran andasendiri, sehingga statement "bumi mengelilingi matahari" itu menjadistatement yang masuk akal bagi anda?
Jadi "masuk akal" itu bergantung pada pengetahuan kita. Apa yang masuk akal bagi si A belum tentu masuk akal bagi si B. Apa yang tidak masuk akal bagi manusia di masa kini, mungkin akan masuk akal bagi manusia di masa depan. Memang ada yang namanya "common sense", yaitu apa yang masuk akal bagi kebanyakan orang. Tetapi itu sangat terbatas.
Tuesday, April 12, 2005
Illusions
I wake up in the morning, and I realize that I am surrounded by millions of illusions. But I acknowledge them, and destroying them one at a time. I will not be able to overcome all those illusions. That's another illusion. I am still going to be a fool till the end of my life. But at least I am aware about that.
Iman
Kata "iman" itu sendiri di dalam bahasa indonesia bagi saya tidak terlalu jelas pendefinisiannya. Saya sependapat bahwa "iman" berkaitan erat dengan "percaya". Tetapi kelihatannya "iman" mempunyai makna yang lebih luas daripada sekedar "percaya".
Pertama-tama perkataan ini mengandung makna yang khusus. Kata kuncinya adalah "relasi". Jadi, iman terjadi dalam relasi yang sangat khusus antara manusia dengan Tuhan. Sebenarnya perkataan "percaya" bisa juga mengandung konotasi "relasi", tetapi "percaya" dapat terjadi pada relasi secara umum. Contoh: istri bisa percaya pada suami, atau sebaliknya. Tetapi saya nggak bisa bilang istri "beriman" pada suami.
Kedua, iman mengandaikan adanya keterlibatan spiritual dari kedua pihak, baik dari pihak Tuhan, maupun dari pihak manusia. Di dalam agama yang saya anut, inisiatif pertama dari relasi khusus ini datangnya dari Tuhan. Karena itu di beberapa textbook teologi (katolik) kadang-kadang perkataan "iman" didefinisikan sebagai "tanggapan manusia terhadap tawaran keselamatan dari Tuhan".
Ketiga, "inisiatif tawaran keselamatan" Tuhan kepada manusia itu datang secara spiritual. Artinya, Tuhan menghadirkan diriNya di dalam hidup manusia tidak secara kognitif (melalui rasio atau penalaran), atau secara fisik, atau secara psikologis, melainkan secara spiritual. Tentu saja percikan-percikan pertanda kehadiran Ilahi bisa dialami secara nalar, atau pengalaman sejarah, atau pengalaman hidup sehari-hari. Tetapi kita baru bisa mengatakan bahwa "Ya, Tuhan hadir" setelah menafsirkan semuanya itu dari kacamata spiritual.
Keempat, tanggapan manusia terhadap kehadiran Ilahi itu diwujudkan bukan saja oleh keyakinan atau kepercayaan, tetapi yang lebih penting lagi: melalui tindakan, komitmen, ibadah, moral, etika, keterbukaan hati nurani, dan seterusnya. Pendeknya, Tuhan menuntut tidak kurang dari seluruh totalitas manusia.
Pertama-tama perkataan ini mengandung makna yang khusus. Kata kuncinya adalah "relasi". Jadi, iman terjadi dalam relasi yang sangat khusus antara manusia dengan Tuhan. Sebenarnya perkataan "percaya" bisa juga mengandung konotasi "relasi", tetapi "percaya" dapat terjadi pada relasi secara umum. Contoh: istri bisa percaya pada suami, atau sebaliknya. Tetapi saya nggak bisa bilang istri "beriman" pada suami.
Kedua, iman mengandaikan adanya keterlibatan spiritual dari kedua pihak, baik dari pihak Tuhan, maupun dari pihak manusia. Di dalam agama yang saya anut, inisiatif pertama dari relasi khusus ini datangnya dari Tuhan. Karena itu di beberapa textbook teologi (katolik) kadang-kadang perkataan "iman" didefinisikan sebagai "tanggapan manusia terhadap tawaran keselamatan dari Tuhan".
Ketiga, "inisiatif tawaran keselamatan" Tuhan kepada manusia itu datang secara spiritual. Artinya, Tuhan menghadirkan diriNya di dalam hidup manusia tidak secara kognitif (melalui rasio atau penalaran), atau secara fisik, atau secara psikologis, melainkan secara spiritual. Tentu saja percikan-percikan pertanda kehadiran Ilahi bisa dialami secara nalar, atau pengalaman sejarah, atau pengalaman hidup sehari-hari. Tetapi kita baru bisa mengatakan bahwa "Ya, Tuhan hadir" setelah menafsirkan semuanya itu dari kacamata spiritual.
Keempat, tanggapan manusia terhadap kehadiran Ilahi itu diwujudkan bukan saja oleh keyakinan atau kepercayaan, tetapi yang lebih penting lagi: melalui tindakan, komitmen, ibadah, moral, etika, keterbukaan hati nurani, dan seterusnya. Pendeknya, Tuhan menuntut tidak kurang dari seluruh totalitas manusia.
Monday, April 11, 2005
Why Science?
People do science, because people wonder, ask questions, want to know.
It's as simple as that.
If by doing science, human mind expands, people get useful technology, our life get better, and some destructions are also in order, .... well, that's a nice side effect.
It's as simple as that.
If by doing science, human mind expands, people get useful technology, our life get better, and some destructions are also in order, .... well, that's a nice side effect.
Sunday, April 10, 2005
What Is Science?
What is science?
What is science?
I don't really know. Science is what I do for living. I do research, and I get paid for it. But I don't really know what science is.
I might say that science consists of our understanding about the universe. Science is also an activity to improve and to expand our understanding.
But what is understanding?
What do you mean, when you say:"I understand"?
For me, that's the most difficult part in science.
I don't really now what's understanding mean.
And if I don't know the meaning of "understanding",
then I don't know the meaning of science.
Learn from history!
Dinosaur extinction happened about 65 million years ago, along with 70% of all of the species on the earth.
What can we learn from this fact of history?
Nothing.
There is nothing to be learned.
All living things, dies.
That's all.
What can we learn from this fact of history?
Nothing.
There is nothing to be learned.
All living things, dies.
That's all.
Friday, April 8, 2005
Kekerasan
Kalau dipikir-pikir agak lucu juga.
Agama A bilang pada agama B: "umatmu melakukan kekerasan, pembunuhan,
teror!"
Agama B menjawab:"Kami hanya membalas dan menghukum
kejahatan-kejahatan yang kalian lakukan!"
A: "Apapun alasannya, yang kalian lakukan tetaplah pembunuhan dan
teror. Sebab banyak korban kalian adalah orang-orang yang tidak
bersalah, wanita, bahkan anak-anak. Coba lihat sejarah, berapa puluh
ribu bahkan berapa ratus ribu orang yang kalian aniaya. Dan tidak
semuanya adalah pembalasan atau hukuman. Banyak yang dari inisiatif
kalian!"
B:"Tetapi jumlah orang yang kalian aniaya lebih besar lagi. Coba lihat
statistik! Bagaimana pun agama kami lebih baik!"
Jadi, agama B lebih baik dari agama A karena manusia yang dianiaya
oleh umat agama B tidak sebanyak yang dianiaya umat agama A.
Yang namanya membunuh, apalagi kalau korbannya orang-orang tak berdosa,
anak-anak, dll SELALU merupakan dosa, TIDAK PERDULI APAPUN alasannya
(membela diri, pembalasan, menghukum, dll).
Jika tetangga saya menganiaya anak saya, dia sudah berdosa besar. Tapi
kalau saya lantas menganiaya anaknya (sebagai pembalasan, atau "membela
diri" terhadap tindakan penganiayaan di masa depan), maka saya telah
melakukan dosa yang sama!
Saya setuju kalau dikatakan bahwa negara-negara superpower di dunia ini
telah melakukan banyak dosa besar. Itu sudah jelas. Tetapi jika kita
melakukan tindakan kekerasan terhadap negara-negara superpower itu,
bukankah kita merosot menjadi sama jeleknya seperti orang yang kita perangi?
Bukankah jika kita membangun dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
melalui jalan tanpa kekerasan (seperti yang diajarkan Mahatma Gandhi),
maka kita menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang berbudi luhur,
bangsa yang besar, lebih besar daripada bangsa-bangsa yang kita klaim
sebagai bangsa-bangsa yang "berdosa besar"?
Sebagai pendukung gerakan anti kekerasan, saya melihat bahwa justru
alasan pertama dari gerakan ini adalah untuk mencari solusi. Tetapi
juga memang ada motivasi moral-filosofis yang menyertai.
Jadi ada dua aspek dari gerakan ini, yaitu (1) aspek praktis, mencari
solusi, dan (2) aspek moral-filosofis.
(1) Secara praktis, persoalan pertama adalah: tindakan kekerasan di
jaman modern ini ternyata tidak pernah menghasilkan solusi jangka
panjang yang diharapkan. Saya bicara tentang tindak kekerasan dari
kedua belah pihak. Kita tahu bahwa tindak kekerasan dari negara
superpower tidak akan menghasilkan solusi yang memuaskan dalam jangka
panjang. Di pihak lain, tindak kekerasan terhadap suatu negara
superpower malah justru meningkatkan tindak kekerasan balasan dari
negara superpower tersebut. Jadi bukannya menghasilkan solusi, tetapi
justru memperbesar masalah! Jangan dilupakan juga tindak kekerasan di
negara-negara berkembang, yang dilakukan oleh orang-orang dari negara
berkembang juga. Sebagai seorang muslim, bukankah tugas anda juga untuk
mempersoalkan tindak kekerasan terhadap orang-orang muslim yang
dilakukan oleh orang-orang dari negara berkembang (atau oleh sesama
muslim). Di sini pun saya melihat bahwa tidak ada solusi apapun yang
tercipta dari tindak kekerasan itu.
(2) Secara moral-filosofis, tindak kekerasan menginjak-nginjak martabat
dan hak azazi dari para korban (yang seringkali tidak ada sangkut
pautnya dengan persoalan yang mau dicari "solusinya"). Bukan hanya itu,
tindak kekerasan juga memerosotkan harkat dan martabat kemanusiaan dari
sipelaku tindak kekerasan itu sendiri.
Anda mengatakan bahwa "membela diri" itu bukan dosa. Barangkali ini
masih bisa dimengerti jika anda menyerang para tentara yang menyerang
anda. Tetapi saya ndak bisa menerima argumen itu jika anda meledakkan
bis umum, dan membunuh orang-orang tak berdosa!
Saya bersimpati dengan perjuangan rakyat palestina. Saya juga turut
mengutuk tindakan kekerasan oleh tentara israel. Tetapi saya juga akan
mengutuk tindakan kekerasan yang membunuh rakyat israel yang tidak
berdosa! Saya mengkritik campur tangan negara-negara superpower
terhadap persoalan palestina. Tetapi saya juga mengutuk pelaku
peristiwa 9/11.
Anda menanyakan solusi persoalan dunia ini kepada saya? Tentu saja saya
tidak mempunyai jawaban! Saya bukan siapa-siapa, nggak tahu apa-apa.
Saya hanya tahu satu hal: Kekerasan BUKANLAH solusi, tetapi justru akan
memperburuk keadaan.
Ada atau tidak ada yang teriak-teriak, kekerasan terhadap penduduk
sipil tetap salah, bukan? Apakah kalau orang amrik teriak-teriak
memprotes pelanggaran hak azazi di palestina, maka kekerasan terhadap
penduduk sipil amrik baru bisa dianggap sebagai pelanggaran hak azazi?
Sedangkan kalau amrik tidak perduli terhadap pelanggaran hak azazi di
palestina, maka pelanggaran hak azazi di amrik bukan lagi menjadi
pelanggaran hak azazi? (Atas nama keadilan). Kekerasan terhadap
penduduk sipil tetap salah, di mana pun juga itu terjadi. Di lapangan
bola di palestina, atau di jalur kereta api di london.
Yang pertama-tama saya pandang adalah MANUSIA-nya. Orang-orang
sipil tak berdosa, wanita, dan anak-anak, tidak perduli dari bangsa
mana-pun mereka. Palestina, amrik, israel, arab, indonesia, dll. Bagi
saya, apapun alasannya, jatuhnya korban di kalangan mereka ini TIDAK
PERNAH bisa dibenarkan.
1. Gerakan anti kekerasan adalah gerakan yang sangat sering disalah
pahami. Banyak orang menyangka bahwa gerakan ini mengajak orang untuk
pasif tidak berbuat apa-apa. Kesalah pahaman terbesar adalah: Orang
menganggap bahwa gerakan ini mengajak orang untuk MENDIAMKAN kekerasan.
Gerakan ini sangat memahami karakter kekerasan, dan menyetujui
tindakan-tindakan remedial terhadap kekerasan. Namun yang menjadi fokus
utama adalah PERGESERAN SIKAP dari sikap memandang kekerasan sebagai
solusi menjadi kekerasan sebagai gejala dari suatu akar permasalahan.
Akar permasalahan inilah yang harus dihadapi secara aktif.
2. Saya sangat perduli dengan penindasan struktural akibat ketimpangan
distribusi kekuasaan dan kekayaan, antara negara kuat dengan negara
lemah. Saya tahu bahwa penindasan dan ketimpangan ini menciptakan
berbagai tindak kekerasan oleh kedua belah pihak. Namun fokus saya
dalam thread ini adalah kekerasan terhadap penduduk sipil. Yang menjadi
keprihatinan saya adalah bahwa kekerasan itu tidak akan pernah bisa
menyelesaikan persoalan ketimpangan dan penindasan tersebut! Sementara
korban berjatuhan di kedua belah pihak, penindasan dan ketimpangan itu
berjalan terus seperti biasa!
4. Solusi apakah yang terbaik? Apakah teriak-teriak mengkritik negara
kuat akan mengubah keadaan? Apakah menyerbu negara kuat akan menjadi
solusi? Secara setengah serius, saya pernah menulis:"Para mahasiswa
yang berdemo anti-amrik di bundaran HI itu akan lebih bisa menciptakan
solusi jika mereka konsentrasi berprestasi di bidangnya masing-masing,
dan dengan demikian bisa mengangkat harkat bangsa Indonesia". Seorang
teman saya sangat anti-amrik. Ketika istrinya mendapat kesempatan untuk
sekolah di amrik, dia menentang habis-habisan, sehingga mereka tidak
jadi berangkat. Menurut saya, jika dia memang konsisten anti-amrik,
maka seharusnya mereka justru berangkat sehingga mereka mempunyai
kesempatan untuk menyumbang lebih banyak ke bangsa Indonesia, dan
dengan demikian ikut mengatasi ketimpangan yang terjadi.
5. Keadilan dalam arti sesungguhnya baru tercipta jika ketimpangan
kekuasaan dan kekayaan bisa diatasi. Yang perlu kita sadari adalah
bahwa kita tidak bisa berharap bahwa negara kuat dan kaya akan
mengatasi ketimpangan itu, sebab ketimpangan itu justru menguntungkan
bagi mereka. Keadilan baru tercipta jika negara-negara berkembang
bangkit secara intelektual, sosial, maupun ekonomi.
Dari dulu pun saya sudah tahu
bahwa tindakan kekerasan yang terjadi di negara-negara maju itu adalah
AKIBAT dari persoalan yang diciptakan oleh negara-negara maju tersebut.
Argumen ini sudah saya dengar dan saya baca beratus-ratus kali sejak
bertahun-tahun lalu. Justru saya berusaha mencari alternatif solusi,
daripada mengulang-ulang "solusi" yang sudah diajukan banyak orang lain
di berbagai milis.
Yang menjadi pertanyaan pokok saya:
1. Jika negara superpower telah melakukan pelanggaran hak azazi yang
luar biasa, mengapa harus dibalas dengan hal yang sama?
2. apakah tindak kekerasan (balasan) itu merupakan solusi atau bukan?
Yang saya khawatirkan adalah justru tindak kekerasan itu malah
meningkatkan penindasan di negara-negara lemah. Contoh sederhana:
beberapa waktu yang lalu pasukan israel meningkatkan penindasan
terhadap palestina gara-gara pemboman yang dilakukan orang palestina!
Satu hal yang dilupakan oleh para pelaku pemboman adalah: bahwa
tindakan mereka justru menciptakan lebih banyak penderitaan di negara
asal mereka! Lha, akhirnya siapa yang menjadi korban?
Agama A bilang pada agama B: "umatmu melakukan kekerasan, pembunuhan,
teror!"
Agama B menjawab:"Kami hanya membalas dan menghukum
kejahatan-kejahatan yang kalian lakukan!"
A: "Apapun alasannya, yang kalian lakukan tetaplah pembunuhan dan
teror. Sebab banyak korban kalian adalah orang-orang yang tidak
bersalah, wanita, bahkan anak-anak. Coba lihat sejarah, berapa puluh
ribu bahkan berapa ratus ribu orang yang kalian aniaya. Dan tidak
semuanya adalah pembalasan atau hukuman. Banyak yang dari inisiatif
kalian!"
B:"Tetapi jumlah orang yang kalian aniaya lebih besar lagi. Coba lihat
statistik! Bagaimana pun agama kami lebih baik!"
Jadi, agama B lebih baik dari agama A karena manusia yang dianiaya
oleh umat agama B tidak sebanyak yang dianiaya umat agama A.
Yang namanya membunuh, apalagi kalau korbannya orang-orang tak berdosa,
anak-anak, dll SELALU merupakan dosa, TIDAK PERDULI APAPUN alasannya
(membela diri, pembalasan, menghukum, dll).
Jika tetangga saya menganiaya anak saya, dia sudah berdosa besar. Tapi
kalau saya lantas menganiaya anaknya (sebagai pembalasan, atau "membela
diri" terhadap tindakan penganiayaan di masa depan), maka saya telah
melakukan dosa yang sama!
Saya setuju kalau dikatakan bahwa negara-negara superpower di dunia ini
telah melakukan banyak dosa besar. Itu sudah jelas. Tetapi jika kita
melakukan tindakan kekerasan terhadap negara-negara superpower itu,
bukankah kita merosot menjadi sama jeleknya seperti orang yang kita perangi?
Bukankah jika kita membangun dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
melalui jalan tanpa kekerasan (seperti yang diajarkan Mahatma Gandhi),
maka kita menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang berbudi luhur,
bangsa yang besar, lebih besar daripada bangsa-bangsa yang kita klaim
sebagai bangsa-bangsa yang "berdosa besar"?
Sebagai pendukung gerakan anti kekerasan, saya melihat bahwa justru
alasan pertama dari gerakan ini adalah untuk mencari solusi. Tetapi
juga memang ada motivasi moral-filosofis yang menyertai.
Jadi ada dua aspek dari gerakan ini, yaitu (1) aspek praktis, mencari
solusi, dan (2) aspek moral-filosofis.
(1) Secara praktis, persoalan pertama adalah: tindakan kekerasan di
jaman modern ini ternyata tidak pernah menghasilkan solusi jangka
panjang yang diharapkan. Saya bicara tentang tindak kekerasan dari
kedua belah pihak. Kita tahu bahwa tindak kekerasan dari negara
superpower tidak akan menghasilkan solusi yang memuaskan dalam jangka
panjang. Di pihak lain, tindak kekerasan terhadap suatu negara
superpower malah justru meningkatkan tindak kekerasan balasan dari
negara superpower tersebut. Jadi bukannya menghasilkan solusi, tetapi
justru memperbesar masalah! Jangan dilupakan juga tindak kekerasan di
negara-negara berkembang, yang dilakukan oleh orang-orang dari negara
berkembang juga. Sebagai seorang muslim, bukankah tugas anda juga untuk
mempersoalkan tindak kekerasan terhadap orang-orang muslim yang
dilakukan oleh orang-orang dari negara berkembang (atau oleh sesama
muslim). Di sini pun saya melihat bahwa tidak ada solusi apapun yang
tercipta dari tindak kekerasan itu.
(2) Secara moral-filosofis, tindak kekerasan menginjak-nginjak martabat
dan hak azazi dari para korban (yang seringkali tidak ada sangkut
pautnya dengan persoalan yang mau dicari "solusinya"). Bukan hanya itu,
tindak kekerasan juga memerosotkan harkat dan martabat kemanusiaan dari
sipelaku tindak kekerasan itu sendiri.
Anda mengatakan bahwa "membela diri" itu bukan dosa. Barangkali ini
masih bisa dimengerti jika anda menyerang para tentara yang menyerang
anda. Tetapi saya ndak bisa menerima argumen itu jika anda meledakkan
bis umum, dan membunuh orang-orang tak berdosa!
Saya bersimpati dengan perjuangan rakyat palestina. Saya juga turut
mengutuk tindakan kekerasan oleh tentara israel. Tetapi saya juga akan
mengutuk tindakan kekerasan yang membunuh rakyat israel yang tidak
berdosa! Saya mengkritik campur tangan negara-negara superpower
terhadap persoalan palestina. Tetapi saya juga mengutuk pelaku
peristiwa 9/11.
Anda menanyakan solusi persoalan dunia ini kepada saya? Tentu saja saya
tidak mempunyai jawaban! Saya bukan siapa-siapa, nggak tahu apa-apa.
Saya hanya tahu satu hal: Kekerasan BUKANLAH solusi, tetapi justru akan
memperburuk keadaan.
Ada atau tidak ada yang teriak-teriak, kekerasan terhadap penduduk
sipil tetap salah, bukan? Apakah kalau orang amrik teriak-teriak
memprotes pelanggaran hak azazi di palestina, maka kekerasan terhadap
penduduk sipil amrik baru bisa dianggap sebagai pelanggaran hak azazi?
Sedangkan kalau amrik tidak perduli terhadap pelanggaran hak azazi di
palestina, maka pelanggaran hak azazi di amrik bukan lagi menjadi
pelanggaran hak azazi? (Atas nama keadilan). Kekerasan terhadap
penduduk sipil tetap salah, di mana pun juga itu terjadi. Di lapangan
bola di palestina, atau di jalur kereta api di london.
Yang pertama-tama saya pandang adalah MANUSIA-nya. Orang-orang
sipil tak berdosa, wanita, dan anak-anak, tidak perduli dari bangsa
mana-pun mereka. Palestina, amrik, israel, arab, indonesia, dll. Bagi
saya, apapun alasannya, jatuhnya korban di kalangan mereka ini TIDAK
PERNAH bisa dibenarkan.
1. Gerakan anti kekerasan adalah gerakan yang sangat sering disalah
pahami. Banyak orang menyangka bahwa gerakan ini mengajak orang untuk
pasif tidak berbuat apa-apa. Kesalah pahaman terbesar adalah: Orang
menganggap bahwa gerakan ini mengajak orang untuk MENDIAMKAN kekerasan.
Gerakan ini sangat memahami karakter kekerasan, dan menyetujui
tindakan-tindakan remedial terhadap kekerasan. Namun yang menjadi fokus
utama adalah PERGESERAN SIKAP dari sikap memandang kekerasan sebagai
solusi menjadi kekerasan sebagai gejala dari suatu akar permasalahan.
Akar permasalahan inilah yang harus dihadapi secara aktif.
2. Saya sangat perduli dengan penindasan struktural akibat ketimpangan
distribusi kekuasaan dan kekayaan, antara negara kuat dengan negara
lemah. Saya tahu bahwa penindasan dan ketimpangan ini menciptakan
berbagai tindak kekerasan oleh kedua belah pihak. Namun fokus saya
dalam thread ini adalah kekerasan terhadap penduduk sipil. Yang menjadi
keprihatinan saya adalah bahwa kekerasan itu tidak akan pernah bisa
menyelesaikan persoalan ketimpangan dan penindasan tersebut! Sementara
korban berjatuhan di kedua belah pihak, penindasan dan ketimpangan itu
berjalan terus seperti biasa!
4. Solusi apakah yang terbaik? Apakah teriak-teriak mengkritik negara
kuat akan mengubah keadaan? Apakah menyerbu negara kuat akan menjadi
solusi? Secara setengah serius, saya pernah menulis:"Para mahasiswa
yang berdemo anti-amrik di bundaran HI itu akan lebih bisa menciptakan
solusi jika mereka konsentrasi berprestasi di bidangnya masing-masing,
dan dengan demikian bisa mengangkat harkat bangsa Indonesia". Seorang
teman saya sangat anti-amrik. Ketika istrinya mendapat kesempatan untuk
sekolah di amrik, dia menentang habis-habisan, sehingga mereka tidak
jadi berangkat. Menurut saya, jika dia memang konsisten anti-amrik,
maka seharusnya mereka justru berangkat sehingga mereka mempunyai
kesempatan untuk menyumbang lebih banyak ke bangsa Indonesia, dan
dengan demikian ikut mengatasi ketimpangan yang terjadi.
5. Keadilan dalam arti sesungguhnya baru tercipta jika ketimpangan
kekuasaan dan kekayaan bisa diatasi. Yang perlu kita sadari adalah
bahwa kita tidak bisa berharap bahwa negara kuat dan kaya akan
mengatasi ketimpangan itu, sebab ketimpangan itu justru menguntungkan
bagi mereka. Keadilan baru tercipta jika negara-negara berkembang
bangkit secara intelektual, sosial, maupun ekonomi.
Dari dulu pun saya sudah tahu
bahwa tindakan kekerasan yang terjadi di negara-negara maju itu adalah
AKIBAT dari persoalan yang diciptakan oleh negara-negara maju tersebut.
Argumen ini sudah saya dengar dan saya baca beratus-ratus kali sejak
bertahun-tahun lalu. Justru saya berusaha mencari alternatif solusi,
daripada mengulang-ulang "solusi" yang sudah diajukan banyak orang lain
di berbagai milis.
Yang menjadi pertanyaan pokok saya:
1. Jika negara superpower telah melakukan pelanggaran hak azazi yang
luar biasa, mengapa harus dibalas dengan hal yang sama?
2. apakah tindak kekerasan (balasan) itu merupakan solusi atau bukan?
Yang saya khawatirkan adalah justru tindak kekerasan itu malah
meningkatkan penindasan di negara-negara lemah. Contoh sederhana:
beberapa waktu yang lalu pasukan israel meningkatkan penindasan
terhadap palestina gara-gara pemboman yang dilakukan orang palestina!
Satu hal yang dilupakan oleh para pelaku pemboman adalah: bahwa
tindakan mereka justru menciptakan lebih banyak penderitaan di negara
asal mereka! Lha, akhirnya siapa yang menjadi korban?
Tuesday, April 5, 2005
Pohon Sesawi
Pohon sesawi (bukan sawi!) yang tumbuh di daerah timur tengah kemungkinan adalah dari jenis sesawi hitam (black mustard), yang bisa tumbuh hingga ketinggian 3 s/d 4 meter. Pohon sesawi ini merupakan pohon yang mempunyai biji yang sangat kecil. Namun jika ditanam, bisa tumbuh menjadi pohon yang besar dan kuat.
Tokoh-tokoh spiritual terkenal, seperti Musa, Yesus, Muhammad, Mother Teresa, dll jelas mempunyai iman yang jauh lebih besar daripada biji sesawi, bahkan mungkin lebih besar daripada pohon sesawi sekalipun. Dan saya yakin, tak satu pun di antara tokoh-tokoh itu yang pernah memindahkan gunung.
Apa arti "iman sebesar biji sesawi?"
Menurut pendapat saya, ini mengandung makna bahwa "yang besar dimulai dari yang kecil". Jika seseorang mempunyai benih iman, sekecil apapun, maka iman itu bisa bertumbuh menjadi besar dan kuat, asalkan ditabur di tanah yang subur dan dipelihara dengan baik. Jika seseorang mempunyai iman yang besar dan kuat, maka ia akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, yang dilambangkan dengan istilah "memindahkan gunung".
Tokoh-tokoh spiritual terkenal, seperti Musa, Yesus, Muhammad, Mother Teresa, dll jelas mempunyai iman yang jauh lebih besar daripada biji sesawi, bahkan mungkin lebih besar daripada pohon sesawi sekalipun. Dan saya yakin, tak satu pun di antara tokoh-tokoh itu yang pernah memindahkan gunung.
Apa arti "iman sebesar biji sesawi?"
Menurut pendapat saya, ini mengandung makna bahwa "yang besar dimulai dari yang kecil". Jika seseorang mempunyai benih iman, sekecil apapun, maka iman itu bisa bertumbuh menjadi besar dan kuat, asalkan ditabur di tanah yang subur dan dipelihara dengan baik. Jika seseorang mempunyai iman yang besar dan kuat, maka ia akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar, yang dilambangkan dengan istilah "memindahkan gunung".
Sunday, April 3, 2005
Ockham's Razor
Prinsip ini bisa dinyatakan secara gampang sbb:
Jika ada banyak alternatif penjelasan mengenai sesuatu hal, maka penjelasan yang terbaik biasanya adalah penjelasan yang membutuhkan paling sedikit asumsi.
Atau:
Jika ada 2 teori atau lebih tentang sesuatu hal, maka teori yang paling sederhana biasanya yang paling mendekati kebenaran.
Atau:
Jangan membuat rumit jika tidak perlu benar!
Jika ada banyak alternatif penjelasan mengenai sesuatu hal, maka penjelasan yang terbaik biasanya adalah penjelasan yang membutuhkan paling sedikit asumsi.
Atau:
Jika ada 2 teori atau lebih tentang sesuatu hal, maka teori yang paling sederhana biasanya yang paling mendekati kebenaran.
Atau:
Jangan membuat rumit jika tidak perlu benar!
Subscribe to:
Posts (Atom)