Friday, January 28, 2005

Jangan terlalu serius!

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah stiker yang tertempel di kaca mobil.
“When God created the universe, He was just kidding ….”

Apakah Tuhan bisa becanda dan tertawa?

Nampaknya demikian. “Manusia diciptakan menurut citra Tuhan”, menurut salah satu kitab suci. Manusia mempunyai kemampuan untuk mencintai, sebab Tuhan adalah Tuhan yang mencintai. Manusia diberi karunia hasrat untuk mencari kebenaran, sebab Tuhan adalah sumber kebenaran itu sendiri. Semua karunia di dalam diri kita adalah “percikan Ilahi”, yang mampu mengangkat kita lebih dari sekedar makhluk duniawi belaka.

Saya yakin, Tuhan menghadiahi kita kemampuan becanda dan tertawa untuk suatu tujuan tertentu. Salah satu kekuatan humor adalah mencabut sudut pandang kita dari pola yang sudah mapan. Humor mentertawakan segala sesuatu yang kita anggap sudah seharusnya demikian. Seorang pelawak pernah berkata:”Salah satu pertanda kebijaksanaan manusia, adalah kemampuan untuk menertawakan dirinya sendiri”.

Bagi seorang pencari kebenaran, humor, canda dan tawa sangat penting. Dengan humor, kita disadarkan bahwa:

Yang kita anggap serius, MUNGKIN tidak penting.
Yang kita anggap penting, MUNGKIN keliru.
Yang kita anggap keliru, MUNGKIN benar.
Dan, yang kita anggap benar, MUNGKIN akan membawa kita pada kesesatan!

Monday, January 24, 2005

Akal, Terbatas?

Nampaknya semua orang setuju bahwa akal manusia itu terbatas.Tetapi, ada beberapa pertanyaan yang mengganjal.

1. Jika akal manusia terbatas, sampai dimanakah batasnya?

Dalam hal ini, kelihatannya ada berbagai macam pendapat. Ada yang bilangbatasnya cuma sampai 100 kilometer, tetapi ada yang percaya batasnyasampai 1000 kilometer. Ada yang terlalu merendahkan kemampuan otakmanusia, ada pula yang terlalu berlebihan menilai kemampuan otakmanusia. Dua Contoh berikut cukup menarik.

contoh 1.
Ada pertanyaan:"Dapatkah Tuhan menciptakan sebuah batu yang sedemikianberat, sehingga Dia sendiri tidak dapat mengangkatnya?"Jika dijawab "tidak dapat", berarti Tuhan terbatas, tetapi bila dijawab"dapat", berarti Tuhan juga terbatas, karena tidak mampu mengangkat batutersebut!

Beberapa orang merespond paradox ini dengan mengatakan bahwa kita tidakdapat menjawab karena otak kita terbatas. Tetapi bandingkan dengancontoh 2 berikut ini.

contoh 2.
Pak Amin tinggal di RT 05. Dia memasang sebuah poster di halamanrumahnya. Bunyi poster:"Semua anggota RT 05 adalah pembohong"Jika poster itu benar, maka Pak Amin adalah seorang pembohong. Jika PakAmin seorang pembohong, maka tulisan di poster itu tidak benar. Jikatulisan itu tidak benar, berarti Pak Amin bukan pembohong! Jadi Pak Amin pembohong atau tidak?

Kita tentu nggak akan mengatakan bahwa kita tidak dapat menjawabpertanyaan dari contoh 2 di atas karena otak kita terbatas, bukan?

Sebenarnya contoh 2 mempunyai kesamaan dengan contoh 1, yaitu munculnyaparadox akibat kesalahan logika. Kita terburu-buru mengatakan bahwacontoh 1 tidak bisa dijawab karena otak yang terbatas (sebab ada kata"Tuhan" di dalamnya), padahal paradox itu bisa diatasi dengan memperbaiki logika berpikir kita, jadi nggak ada hubungannya dengan otakyang terbatas atau tidak.Kesimpulan: otak kita memang terbatas, tetapi menemukan batas yangsebenarnya dari otak kita ini bukan perkara yang mudah.


2. Jika akal manusia terbatas, apakah batas itu bisa diperluas?

Contoh di dalam dunia matematika berikut ini cukup menarik.Menurut matematika sebuah titik didefinisikan sebagai obyek yang tidakmempunyai ukuran sama sekali. Jika demikian, jika kita menggambar sebuahgaris, maka di antar 2 titik pada garis terdapat tak berhingga titik.Nah, 2 titik yang berjarak 1 m mempunyai tak berhingga titik. Sedangkan2 titik yang berjarak 2 m juga mempunyai tak berhingga titik. Apakah"tak berhingga" pada garis 2m lebih banyak daripada "tak berhingga" padagaris 1 m? Tak berhingga adalah besaran yang paling besar!


Seorang matematikawan yang bernama Kurt Godel ternyata berhasilmemecahkan persoalan ini. Ia menciptakan sebuah teori yang menjelaskankonsep ketakberhinggaan.Ini adalah contoh bagaimana seorang manusia jenius berhasil memperluasbatas akal manusia, bahkan hingga mampu membahas ketakberhinggaan itusendiri!

Sunday, January 23, 2005

cliché?




A cliché is something that is believed by the majority of human beings. Sometimes it works, and sometimes it contains a bit of truth in it.

But, of course, as you might've guessed by now, I don't believe in them.

Here is one example:

"Don't put off until tomorrow what you can do today"

Say, for instance, today is thursday.
I haven't wash my dishes, I haven't done my laundry. Well, I haven't done a lot of things.
What is your suggestion?
Do it now? Don't put off until tomorrow what you can do today?

Are you stupid, or something?

Of course I will put off until tomorrow what I can do tomorrow!

That's my motto!
"Put off until tomorrow what you can do tomorrow!"

Another cliché!

And because I don't believe in any cliché, I won't believe the last one either.

So what exactly do I believe?

I believe in reality. And no cliché of any sort will be able to describe reality.


Friday, January 21, 2005

Teori Relativitas Einstein

Waktu pertama kali saya membaca sebuah artikel tentang teori relativitas Einstein, maka pertanyaan yang pertama kali muncul adalah: Mengapa disebut "relativitas"? Apanya, sih, yang relatif?

Setelah selesai membaca artikel tersebut, inilah yang saya peroleh.

Misalkan sebuah pesawat bergerak dengan kecepatan luar biasa tinggi. Ratusan kali lebih cepat daripada roket yang tercepat saat ini. (Pesawat ini harus cepat sekali, karena efek relativitas baru terdeteksi pada kecepatan sangat tinggi.)

Si Robert yang berada di dalam pesawat mengukur panjang pesawat. Hasilnya: 40 m.

Si Ali, yang berada di darat juga mengamati pesawat yang sama. Dengan menggunakan alat ukur yang canggih, ia juga mengukur panjang pesawat. Hasilnya: 39,99 m.

Pesawat lalu mendarat dan parkir di hangar. Sekali lagi si Ali mengukur panjang pesawat. Hasilnya: 40 m.

Apakah pesawat menjadi lebih pendek sewaktu terbang? Tentu tidak! Sebab Robert mengukur panjang pesawat sewaktu terbang, dan hasilnya tepat 40 m. Secara fisik panjang pesawat tidak mengalami perubahan apapun. Perbedaan terjadi bukan karena perubahan pesawat, melainkan perbedaan keadaan si pengamat.

Panjang yang diukur si Robert sewaktu terbang disebut "proper length" (panjang yang seharusnya), sebab si Robert ikut terbang bersama-sama pesawat.

Panjang yang diukur si Ali disebut "relativistic length" (panjang relativistic). Sebab di ukur oleh pengamat yang tidak ikut terbang bersama pesawat.

Jika si Ali juga mengukur massa (kilogram) dari pesawat dan waktu (detik) yang berlalu sewaktu pesawat terbang, maka hasil si Ali juga akan berbeda dengan hasil si Robert.

Pertanyaan berikut.
Bagaimana Einstein dapat meramal perbedaan antara si Ali dan si Robert?

Menurut fisika klasik, si Ali dan si Robert harusnya akan memperoleh hasil yang sama. Tetapi Einstein berpendapat lain. Dan ini diawali dari pendapat Einstein tentang kecepatan cahaya.

Misalkan sewaktu pesawat terbang mendekati Ali, pesawat memancarkan cahaya ke arah Ali, dan Ali mengukur kecepatan cahaya itu. Lalu pesawat mendarat. Dan sekali lagi, Ali mengukur kecepatan cahaya yang dipancarkan pesawat.

Menurut fisika klasik: hasil kedua pengukuran itu pasti berbeda. Kecepatan cahaya yang dipancarkan oleh pesawat selagi terbang ke arah Ali pasti lebih besar!

Menurut Einstein: hasil kedua pengukuran itu sama.

Inilah dasar dari teori relativitas Einstein: "Kecepatan cahaya selalu sama, diukur oleh siapapun, dalam keadaan apapun." Statement ini disebut: "Postulat Einstein".

Ternyata akibat postulat ini, terjadilah berbagai keanehan. Antara lain seperti yang dialami Robert dan Ali.

Jadi relativitas terjadi karena adanya sesuatu yang mutlak: yaitu kecepatan cahaya.

Sebaliknya, di dalam fisika klasik, ruang dan waktu adalah mutlak karena adanya sesuatu yang relatif: yaitu kecepatan cahaya!

Jadi yang dilakukan Einstein sebenarnya cukup sederhana, yaitu membalik mana yang relatif dan mana yang absolut menurut fisika klasik.

Keseimpulan: Tidak ada yang relatif, jika tidak ada yang mutlak.

Monday, January 17, 2005

APAKAH TUHAN BISA KAFIR?

Apakah Tuhan bisa kafir?

Tergantung Tuhan mana yang anda maksud. Tuhan sejati, atau Tuhan yang diciptakan di dalam pikiran manusia.

Jika anda bertanya tentang Tuhan sejati, maka saya tidak bisa bicara banyak, bahkan mungkin akan diam saja.

Jika anda bertanya tentang Tuhan yang diciptakan di dalam pikiran manusia, maka saya bisa berbicara sangat banyak, hingga berjam-jam.

Apakah Tuhan bisa kafir?

Tuhan yang diciptakan di dalam pikiran manusia - termasuk di dalam pikiran saya - tentu bisa melakukan apa saja yang dikehendaki oleh si manusia penciptaNYA. Dia bisa memberi kekuatan telepati yang dahsyat, memberi perintah untuk menyerang dan membenci agama lain. Dia bisa memberi perintah kepada umatNYA untuk menegakkan agama melalui kekerasan. Dia memberi kebebasan kepada manusia penciptaNYA untuk mengutip ayat kitab suci yang mana saja dan memberi makna apa saja kepada ayat tersebut, sesuai dengan kemauan dan ambisi manusia tadi.

Apkah Tuhan Sejati bisa kafir?

Menurut manusia yang menciptakan Tuhan di dalam pikirannya: "Semua yang tidak menyembah, mengakui, taat, dan beriman kepada Tuhan ciptaannya itu, adalah kafir"

Apabila Tuhan Sejati tidak menyembah, mengakui, taat, dan beriman kepada Tuhan ciptaan si manusia tadi, maka menurut definisi di atas, Tuhan Sejati adalah kafir!

Bagaimana saya bisa tahu bahwa Tuhan yang sedang dibicarakan seseorang adalah ciptaannya sendiri?

Jawabannya tidak terlalu sulit.

Tuhan Sejati bukan Tuhan murahan yang dengan mudahnya bisa dijelaskan panjang-lebar. Misalkan anda duduk di depan komputer, membuka internet, dan dalam tempo kurang dari satu jam memposting banyak sekali tulisan tentang Tuhan: "Tuhan itu begini, atau begitu. Kita harus begini, atau begitu, sesuai dengan ayat ini, atau itu", maka anda menulis tentang Tuhan yang sangat mudah dijelaskan. Tuhan yang dapat dikhotbahkan berjam-jam tanpa berpikir. Tuhan yang adalah ciptaan anda sendiri!

Demikianlah.
Saya harap anda tidak mempercayai apa yang saya tulis di atas sedikitpun.

Mungkin saja saya keliru. Jika saya keliru, maka kekeliruan ini adalah milik saya sendiri. Anda memiliki kekeliruan anda sendiri, yang seharusnya akan sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran anda!


Sunday, January 16, 2005

Toleransi Ngawur

Sebagai seorang katolik ngawur, maka pemahaman saya juga sangat ngawur. Akibatnya toleransi saya terhadap agama lain juga menjadi sangat ngawur! Saya menjadi katolik ngawur sudah cukup lama, yaitu sejak saya menyadari bahwa saya ternyata termasuk golongan kafir.

Sebagai seorang katolik ngawur, yang adalah juga seorang kafir, saya sangat menghormati dan menjunjung tinggi hari-hari raya dari saudara-saudara saya yang beragama lain (yang mungkin tidak ngawur dan tidak kafir). Jika tiba hari raya keagamaan, bukan saja saya memberi salam, tetapi saya juga ikut terlibat merayakan, bergembira, dan ikut makan-makan bersama.

Sungguh saya merasa sangat berbahagia menjadi katolik kafir yang ngawur. Saya bisa ikut masuk ke rumah ibadah mana pun, berdoa dengan cara apapun, dan merayakan hari besar keagamaan apapun.

Saya curiga, jangan-jangan Tuhan yang saya sembah adalah juga Tuhan yang ngawur, bahkan kafir. Buktinya? Tuhan hadir di semua rumah ibadah. Tuhan bergembira setiap kali hari besar agama mana pun. Tuhan mau mendengar doa yang diucapkan oleh orang dari agama mana pun. Ini adalah bukti yang sangat kuat bahwa Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang ngawur dan kafir!

Saturday, January 15, 2005

café

A cup of double espresso in a crowded place.
Here,
instead of the silence of my room.
My brain awaken to the aroma in the air.

Iman dan Keragu-raguan

Orang beriman tentu berkeyakinan penuh bahwa yang diimani itu adalah
KEBENARAN.

Tetapi keragu-raguan dan pertanyaan juga adalah bagian dari kehidupan beriman.

Ini adalah paradox iman, keyakinan dan keragu-raguan muncul pada saat yang bersamaan.

Bila seseorang berusaha memadamkan keragu-raguannya dengan teriakan dan kekerasan, dan dengan menyerang agama lain, maka ia akan menjadi fanatik yang berbahaya.

Bila seseorang menerima keragu-raguannya dengan lapang dada dan bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan yang muncul, maka ia akan menjadi pencari kebenaran yang bersahabat dan bahu membahu dengan para pencari kebenaran yang lain.

Inti batin atau roh spiritual - nya barangkali sudah beriman dengan penuh keyakinan. Tetapi intelek, emosi, seluruh eksistensinya sebagai kesatuan masih diselimuti dengan keragu-raguan dan pertanyaan.

Ini adalah sebuah perjalanan menuju kebenaran.

Sebelum perjalanan dimulai, kita mesti mempunyai motivasi untuk menempuh perjalanan itu, bukan? Dan jika kita menolak dan berusaha menutupi semua keragu-raguan dan pertanyaan, maka perjalanan tidak akan pernah dimulai.



Thursday, January 13, 2005

SIC DEUS DILEXIT MUNDUM(2)

Saya mempunyai keyakinan saya bahwa seandainya Tuhan menghukum, maka Tuhan tidak akan menghukum dengan cara yang sedemikian dahsyat dan kejam. Hukuman Tuhan, menurut keyakinan saya, hanya ditujukan kepada sipelaku dosa, dan selalu dalam batas yang dapat ditanggung, dan bertujuan untuk mendidik dan mempertobatkan.

Dari mana saya tahu bahwa demikianlah Tuhan bersikap?
Saya tidak tahu.
Semua ini adalah apa yang saya imani, bukan yang saya ketahui.

Pertanyaan-pertanyaan yang lebih sulit:

Apakah Tuhan tidak terlibat dalam setiap kejadian alam yang murni alamiah?

Apakah Tuhan menciptakan alam beserta hukum-hukum alam yang mengendalikannya, dan membiarkan alam bertingkah-laku sendiri tanpa campurtanganNYA?

Ataukah Tuhan sudah mempunyai blue print lengkap sebelum alam diciptakan dan menciptakan alam sedemikian rupa sehingga semua kejadian alam akan terjadi sesuai dengan rencanaNYA? Artinya, sebelum alam diciptakan, Tuhan sudah tahu bahwa pada tanggal 26 desember 2004 akan ada sekian juta orang yang bertempat tinggal di sekitar aceh. Kemudian, ketika Tuhan menciptakan alam, Ia menciptakan kondisi awal dan hukum-hukum alam sedemikian rupa, sehingga pada tanggal 26 desember 2004 akan terjadi gelombang besar yang menimpa jutaan orang tersebut?

"sic deus dilexit mundum....."
(For God So Loved The World ....)


Wednesday, January 12, 2005

SIC DEUS DILEXIT MUNDUM

Apakah Tuhan Menghukum?

Seorang ibu yang mencubit buah hatinya atau seorang guru yang mensetrap salah seorang muridnya untuk berdiri di depan kelas boleh kita sebut "menghukum". Namun hukuman ini adalah ungkapan cinta kasih, yang tujuannya adalah untuk mendidik, mendorong untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Seorang bos mafia yang menghabisi seluruh keluarga dan tetangga di sekitarnya karena kesalahan yang dibuat satu orang di lingkungan tersebut juga memberi hukuman. Hukuman ini tidak dapat kita sebut sebagai ungkapan cinta kasih, melainkan metode untuk melanggengkan kekuasaan melalui teror.

Teroris yang meledakkan sebuah pencakar langit dan menghabisi ribuan nyawa orang tak berdosa karena "kesalahan" atau "dosa" yang diperbuat negara dimana pencakar langit itu berada juga memberi hukuman. Hukuman ini tidak dapat kita sebut sebagai ungkapan cinta kasih, melainkan ambisi untuk menegakkan ideologi melalui kekerasan.

Hukuman yang merupakan ungkapan cinta kasih selalu ditujukan HANYA pada si pelaku dosa, dan bukannya ditujukan kepada orang-orang lain yang tak berdosa, seperti yang dilakukan para bos mafia atau teroris.

Hukuman yang merupakan ungkapan cinta kasih selalu masih berada dalam batas kemampuan si penerima hukuman untuk menanggungnya, dan yang lebih penting lagi: hukuman itu membuka kesempatan kepada si pendosa untuk bertobat dan menjadi manusia yang lebih baik.

Bagaimana dengan bencana alam yang mencabut nyawa lebih dari 150 000 orang, sebagian besar tak berdosa, wanita tua, dan anak-anak? Siapakah yang melakukan kesalahan dan dosa, dan siapakah yang menanggung hukumannya?

Jika benar bahwa bencana alam itu adalah sebuah hukuman, maka apakah bedanya dengan bos mafia atau teroris yang membunuh orang-orang tak berdosa sebagai peringatan atau hukuman atas "dosa" yang dilakukan orang lain?

Di dalam hati kecil saya, saya yakin bahwa Tuhan yang saya sembah tidak demikian.

Tuhan yang saya sembah barangkali sekali-sekali akan menghukum atau menegor saya, seperti ibu yang mencubit buah hatinya atau guru yang mensetrap muridnya, tetapi saya akan selalu diberi kesempatan untuk bertobat dan menjadi lebih baik.

Tuhan yang saya sembah bukan bos mafia atau teroris yang menghabisi nyawa orang-orang tak berdosa, dan memberi penderitaan dahsyat, sebagai hukuman atau peringatan kepada para pendosa di tempat lain.

Tuhan yang saya sembah bukanlah penguasa yang melanggengkan kekuasaanya melalui teror dan ketakutan.

Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang mencintai saya dengan cinta yang sedemikian besarnya.

Saya menyembah Tuhan, karena saya mencintaiNYA. Bukan karena teror atau rasa takut yang IA tanamkan.

"sic deus dilexit mundum....."
(For God So Loved The World ....)


Monday, January 10, 2005

Belajar Berpikir

Umumnya manusia hanya menggunakan 10% dari kapasitas otaknya. Itu pun seringkali tidak secara efektif. Bayangkan jika orang indonesia bisa meningkatkan efektifitas dan kapasitas penggunaan otaknya dari 10% menjadi 20%. Indonesia akan menjadi negara superpower paling hebat.

Karena itu anak-anak di sekolah mestinya belajar cara berpikir, bukan cuma belajar Sejarah, Fisika, Matematika atau Ekonomi. Semua itu penting, tetapi seharusnya juga menjadi sarana untuk latihan berpikir.

Kita nggak perlu dilahirkan sebagai orang jenius dengan IQ 200. Orang biasa yang dapat meningkatkan kapasitas otaknya dari 10% menjadi 20% akan berprestasi luar biasa!

Pelajaran berpikir adalah pelajaran terpenting yang bisa diajarkan di sekolah.
The image “http://www.kids4him.homestead.com/~site/clipart/Office/thinking.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

Friday, January 7, 2005

A Blues

Drinking a cup of hot tea,
the taste of a sweet summer night.
The radio sings a blues,
a sad song, a crying tune.

The wind is so calm,
and I wonder why,

I am smiling