Friday, April 8, 2005

Kekerasan

Kalau dipikir-pikir agak lucu juga.

Agama A bilang pada agama B: "umatmu melakukan kekerasan, pembunuhan,
teror!"

Agama B menjawab:"Kami hanya membalas dan menghukum
kejahatan-kejahatan yang kalian lakukan!"

A: "Apapun alasannya, yang kalian lakukan tetaplah pembunuhan dan
teror. Sebab banyak korban kalian adalah orang-orang yang tidak
bersalah, wanita, bahkan anak-anak. Coba lihat sejarah, berapa puluh
ribu bahkan berapa ratus ribu orang yang kalian aniaya. Dan tidak
semuanya adalah pembalasan atau hukuman. Banyak yang dari inisiatif
kalian!"

B:"Tetapi jumlah orang yang kalian aniaya lebih besar lagi. Coba lihat
statistik! Bagaimana pun agama kami lebih baik!"

Jadi, agama B lebih baik dari agama A karena manusia yang dianiaya
oleh umat agama B tidak sebanyak yang dianiaya umat agama A.



Yang namanya membunuh, apalagi kalau korbannya orang-orang tak berdosa,
anak-anak, dll SELALU merupakan dosa, TIDAK PERDULI APAPUN alasannya
(membela diri, pembalasan, menghukum, dll).

Jika tetangga saya menganiaya anak saya, dia sudah berdosa besar. Tapi
kalau saya lantas menganiaya anaknya (sebagai pembalasan, atau "membela
diri" terhadap tindakan penganiayaan di masa depan), maka saya telah
melakukan dosa yang sama!

Saya setuju kalau dikatakan bahwa negara-negara superpower di dunia ini
telah melakukan banyak dosa besar. Itu sudah jelas. Tetapi jika kita
melakukan tindakan kekerasan terhadap negara-negara superpower itu,
bukankah kita merosot menjadi sama jeleknya seperti orang yang kita perangi?

Bukankah jika kita membangun dunia ini menjadi tempat yang lebih baik
melalui jalan tanpa kekerasan (seperti yang diajarkan Mahatma Gandhi),
maka kita menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang berbudi luhur,
bangsa yang besar, lebih besar daripada bangsa-bangsa yang kita klaim
sebagai bangsa-bangsa yang "berdosa besar"?

Sebagai pendukung gerakan anti kekerasan, saya melihat bahwa justru
alasan pertama dari gerakan ini adalah untuk mencari solusi. Tetapi
juga memang ada motivasi moral-filosofis yang menyertai.

Jadi ada dua aspek dari gerakan ini, yaitu (1) aspek praktis, mencari
solusi, dan (2) aspek moral-filosofis.

(1) Secara praktis, persoalan pertama adalah: tindakan kekerasan di
jaman modern ini ternyata tidak pernah menghasilkan solusi jangka
panjang yang diharapkan. Saya bicara tentang tindak kekerasan dari
kedua belah pihak. Kita tahu bahwa tindak kekerasan dari negara
superpower tidak akan menghasilkan solusi yang memuaskan dalam jangka
panjang. Di pihak lain, tindak kekerasan terhadap suatu negara
superpower malah justru meningkatkan tindak kekerasan balasan dari
negara superpower tersebut. Jadi bukannya menghasilkan solusi, tetapi
justru memperbesar masalah! Jangan dilupakan juga tindak kekerasan di
negara-negara berkembang, yang dilakukan oleh orang-orang dari negara
berkembang juga. Sebagai seorang muslim, bukankah tugas anda juga untuk
mempersoalkan tindak kekerasan terhadap orang-orang muslim yang
dilakukan oleh orang-orang dari negara berkembang (atau oleh sesama
muslim). Di sini pun saya melihat bahwa tidak ada solusi apapun yang
tercipta dari tindak kekerasan itu.

(2) Secara moral-filosofis, tindak kekerasan menginjak-nginjak martabat
dan hak azazi dari para korban (yang seringkali tidak ada sangkut
pautnya dengan persoalan yang mau dicari "solusinya"). Bukan hanya itu,
tindak kekerasan juga memerosotkan harkat dan martabat kemanusiaan dari
sipelaku tindak kekerasan itu sendiri.

Anda mengatakan bahwa "membela diri" itu bukan dosa. Barangkali ini
masih bisa dimengerti jika anda menyerang para tentara yang menyerang
anda. Tetapi saya ndak bisa menerima argumen itu jika anda meledakkan
bis umum, dan membunuh orang-orang tak berdosa!

Saya bersimpati dengan perjuangan rakyat palestina. Saya juga turut
mengutuk tindakan kekerasan oleh tentara israel. Tetapi saya juga akan
mengutuk tindakan kekerasan yang membunuh rakyat israel yang tidak
berdosa! Saya mengkritik campur tangan negara-negara superpower
terhadap persoalan palestina. Tetapi saya juga mengutuk pelaku
peristiwa 9/11.

Anda menanyakan solusi persoalan dunia ini kepada saya? Tentu saja saya
tidak mempunyai jawaban! Saya bukan siapa-siapa, nggak tahu apa-apa.
Saya hanya tahu satu hal: Kekerasan BUKANLAH solusi, tetapi justru akan
memperburuk keadaan.
Ada atau tidak ada yang teriak-teriak, kekerasan terhadap penduduk
sipil tetap salah, bukan? Apakah kalau orang amrik teriak-teriak
memprotes pelanggaran hak azazi di palestina, maka kekerasan terhadap
penduduk sipil amrik baru bisa dianggap sebagai pelanggaran hak azazi?
Sedangkan kalau amrik tidak perduli terhadap pelanggaran hak azazi di
palestina, maka pelanggaran hak azazi di amrik bukan lagi menjadi
pelanggaran hak azazi? (Atas nama keadilan). Kekerasan terhadap
penduduk sipil tetap salah, di mana pun juga itu terjadi. Di lapangan
bola di palestina, atau di jalur kereta api di london.

Yang pertama-tama saya pandang adalah MANUSIA-nya. Orang-orang
sipil tak berdosa, wanita, dan anak-anak, tidak perduli dari bangsa
mana-pun mereka. Palestina, amrik, israel, arab, indonesia, dll. Bagi
saya, apapun alasannya, jatuhnya korban di kalangan mereka ini TIDAK
PERNAH bisa dibenarkan.

1. Gerakan anti kekerasan adalah gerakan yang sangat sering disalah
pahami. Banyak orang menyangka bahwa gerakan ini mengajak orang untuk
pasif tidak berbuat apa-apa. Kesalah pahaman terbesar adalah: Orang
menganggap bahwa gerakan ini mengajak orang untuk MENDIAMKAN kekerasan.
Gerakan ini sangat memahami karakter kekerasan, dan menyetujui
tindakan-tindakan remedial terhadap kekerasan. Namun yang menjadi fokus
utama adalah PERGESERAN SIKAP dari sikap memandang kekerasan sebagai
solusi menjadi kekerasan sebagai gejala dari suatu akar permasalahan.
Akar permasalahan inilah yang harus dihadapi secara aktif.

2. Saya sangat perduli dengan penindasan struktural akibat ketimpangan
distribusi kekuasaan dan kekayaan, antara negara kuat dengan negara
lemah. Saya tahu bahwa penindasan dan ketimpangan ini menciptakan
berbagai tindak kekerasan oleh kedua belah pihak. Namun fokus saya
dalam thread ini adalah kekerasan terhadap penduduk sipil. Yang menjadi
keprihatinan saya adalah bahwa kekerasan itu tidak akan pernah bisa
menyelesaikan persoalan ketimpangan dan penindasan tersebut! Sementara
korban berjatuhan di kedua belah pihak, penindasan dan ketimpangan itu
berjalan terus seperti biasa!

4. Solusi apakah yang terbaik? Apakah teriak-teriak mengkritik negara
kuat akan mengubah keadaan? Apakah menyerbu negara kuat akan menjadi
solusi? Secara setengah serius, saya pernah menulis:"Para mahasiswa
yang berdemo anti-amrik di bundaran HI itu akan lebih bisa menciptakan
solusi jika mereka konsentrasi berprestasi di bidangnya masing-masing,
dan dengan demikian bisa mengangkat harkat bangsa Indonesia". Seorang
teman saya sangat anti-amrik. Ketika istrinya mendapat kesempatan untuk
sekolah di amrik, dia menentang habis-habisan, sehingga mereka tidak
jadi berangkat. Menurut saya, jika dia memang konsisten anti-amrik,
maka seharusnya mereka justru berangkat sehingga mereka mempunyai
kesempatan untuk menyumbang lebih banyak ke bangsa Indonesia, dan
dengan demikian ikut mengatasi ketimpangan yang terjadi.

5. Keadilan dalam arti sesungguhnya baru tercipta jika ketimpangan
kekuasaan dan kekayaan bisa diatasi. Yang perlu kita sadari adalah
bahwa kita tidak bisa berharap bahwa negara kuat dan kaya akan
mengatasi ketimpangan itu, sebab ketimpangan itu justru menguntungkan
bagi mereka. Keadilan baru tercipta jika negara-negara berkembang
bangkit secara intelektual, sosial, maupun ekonomi.

Dari dulu pun saya sudah tahu
bahwa tindakan kekerasan yang terjadi di negara-negara maju itu adalah
AKIBAT dari persoalan yang diciptakan oleh negara-negara maju tersebut.
Argumen ini sudah saya dengar dan saya baca beratus-ratus kali sejak
bertahun-tahun lalu. Justru saya berusaha mencari alternatif solusi,
daripada mengulang-ulang "solusi" yang sudah diajukan banyak orang lain
di berbagai milis.

Yang menjadi pertanyaan pokok saya:

1. Jika negara superpower telah melakukan pelanggaran hak azazi yang
luar biasa, mengapa harus dibalas dengan hal yang sama?
2. apakah tindak kekerasan (balasan) itu merupakan solusi atau bukan?
Yang saya khawatirkan adalah justru tindak kekerasan itu malah
meningkatkan penindasan di negara-negara lemah. Contoh sederhana:
beberapa waktu yang lalu pasukan israel meningkatkan penindasan
terhadap palestina gara-gara pemboman yang dilakukan orang palestina!
Satu hal yang dilupakan oleh para pelaku pemboman adalah: bahwa
tindakan mereka justru menciptakan lebih banyak penderitaan di negara
asal mereka! Lha, akhirnya siapa yang menjadi korban?