Thursday, October 5, 2006

Segala sesuatu bisa dipertanyakan.

Segala sesuatu bisa dipertanyakan. Mana saksinya bahwa Muhammad betul menerima Wahyu Tuhan? Mana saksinya bahwa Sidharta Gautama memang betul mencapai pencerahan? Mana saksinya bahwa Yesus Tuhan? dst, dst ..
Kadang-kadang orang lupa bahwa semua kritik dan pertanyaan yang diajukan ke agama lain, dapat dengan mudahnya diajukan ke agamanya sendiri. Dan dengan kemungkinan sangat besar akan berakhir dengan cerita yang sama ... he he he ...
Kalau orang bisa tidak percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, apa halangannya untuk tidak percaya bahwa Al Qur'an adalah berasal dari Tuhan, dan bukannya rekayasa Muhammad? Apa halangannya untuk mengambil kesimpulan bahwa ajaran Sidharta Gautama sebenarnya hanya permainan logika biasa? Apa halangannya untuk tidak percaya bahwa Tuhan ADA?

Seperti pernah dikatakan Einstein: Orang tidak bisa memecahkan masalah jika masih berada pada level di mana masalah itu berada.

Pertanyaan: apakah makna hidup manusia? Adalah pertanyaan yang obyektif dan universal. Tetapi - mengikuti nasehat Einstein - pertanyaan itu tidak mungkin bisa dijawab jika orang masih berada pada level di mana pertanyaan itu berada. Untuk bisa menjawab pertanyaan itu, orang mesti naik ke level berikutnya, yaitu menemukan sendiri makna hidupnya melalui pengalaman pribadinya sendiri yang unik dan tidak ada duanya itu. Jika orang berusaha menjawab pertanyaan yang obyektif dan universal itu dengan jawaban yang juga obyektif dan universal, maka ia masih berada pada level di mana masalahnya berada. Apapun jawabannya akhirnya hanya mandul dan tidak ada artinya, seperti tong kosong yang berbunyi nyaring.