Thursday, April 20, 2006

Kata-Kata

Penyair Sutardji C. Bahri pernah mencanangkan "membebaskan kata-kata dari makna". Umpamanya perkataan "bangkit!", di dalam bahasa afrika, perkataan ini mungkin artinya "jongkok!" (ini cuman ilustrasi saja, saya ndak tahu apakah benar demikian). Jadi sebenarnya, makna dari suatu perkataan adalah makna yang diberikan oleh manusia (acquired meaning). Kalau misalnya saya memberi makna yang berbeda pada perkataan "bangkit!" (misalnya sekarang perkataan itu sama artinya dengan "tidur telentang"), maka itulah makna perkataan tsb. bagi saya.

Kalau demikian, di manakah sebenarnya letak kekuatan dari kata-kata? Bukan pada dirinya sendiri, tetapi pada MAKNA yang ditunjuk oleh kata-kata itu. Atau lebih tepat lagi: MAKNA itulah pemilik sejati dari kekuatannya, bukan kata-kata di dalam dirinya sendiri.

Di dalam dirinya sendiri kata-kata tidak punya arti apa-apa selain sebagai simbol (yang dipilih oleh manusia atas kesepakatan bersama) yang menunjuk pada suatu realita/makna tertentu.

Ini memang bisa menimbulkan diskusi panjang. Misalkan anda bukan seorang muslim dan tidak mengerti bahasa arab. Anda lantas membaca ayat-ayat Al Qur'an dengan suatu tujuan tertentu. Apakah kata-kata itu akan memperlihatkan kekuatannya?

Banyak orang kristen (termasuk saya) yang percaya bahwa kata-kata yang saya ucapkan dalam doa menjadi "powerful" karena iman saya pada Yesus Kristus, dan Yesus Kristus itulah yang sebenarnya memiliki kekuatan, bukan kata-kata yang saya ucapkan dalam doa!