Monday, January 16, 2006

Bersama Orang Lain

Seorang calon murid yang masih pemula sedang mencari. Ia sedang mencari seorang guru sejati yang bisa menunjukkan jalan. Karena ia baru pemula, belum mempunyai "mata piritual", maka ia hanya bisa mendengar petunjuk sang guru, misalnya: "DIAM". Namun tidak ada petunjuk apapun yang bisa membuktikan bahwa sang guru yang ada dihadapannya memang telah mencapai kebenaran atau belum. Dengan kata lain, si calon murid itu MENGAMBIL RESIKO bahwa akhirnya akan terbukti bahwa guru yang ada di hadapannya hanyalah guru palsu belaka. Memang selalu ada kemungkinan bahwa guru yang ada di hadapan si calon murid itu adalah seorang guru sejati. Tapi siapa yang tahu?


Sepanjang sejarah, ribuan, ratusan ribu, bahkan mungkin lebih, manusia telah menjadi pengikut guru-guru palsu, nabi-nabi palsu. Tidak jarang mereka mengorbankan nyawa, mati demi ajaran guru/nabi itu. Mungkin mudah bagi kita untuk mengatakan bahwa guru/nabi itu sebenarnya belum bisa bersaksi. Tapi bagaimana kita tahu? Bagaimana MEREKA tahu?


Seluruh falsafah hidup saya adalah falsafah hidup seorang murid pemula yang sedang mencari, bersama-sama dengan sekian milyar sesama manusia lainnya. Saya bukan guru, apalagi guru sejati. Jangankan mampu bersaksi, perjalanan pun masih sangat jauh.

Modal saya hanyalah logika sederhana, yaitu pengetahuan yang sudah diketahui semua orang (meskipun orang mungkin tidak selalu menyadari). Dengan modal itu saya berjalan, BERSAMA-SAMA manusia yang lain. Sebab, bagi saya, perjalanan ini bukan perjalanan yang saya tempuh sendirian. Saya bukanlah penganut paham yang menganjurkan orang untuk mencari kebenaran dengan mengasingkan diri dari orang lain. Sebaliknya, saya percaya bahwa pencarian kebenaran itu dilakukan BERSAMA-SAMA dengan
orang lain.