Saturday, December 24, 2005

Pendengar Yang Baik

Kedengarannya memang "heroik", kalau seseorang berani mengkritik tanpa
perduli apa yang dikatakan orang, tidak takut kehilangan popularitas
(Saya duga, sejak semula toh memang tidak populer), "maju tak gentar
membela yang benar" dst dst ...

Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa orang tersebut memang di pihak yang
benar?

Prinsip 80/20:
20 persen yang dikatakan seseorang MUNGKIN adalah kebenaran yang sejati,
jika orang tersebut mencurahkan 80 persen waktu dan tenaganya untuk
menjadi pendengar yang baik dan mau belajar dengan rendah hati.

Kadang-kadang kita bertanya-tanya, dari manakah asalnya kebenaran dan
kebijaksanaan yang keluar dari mulut seseorang?

1. Pertama-tama ia adalah seorang pendengar yang baik,
2. Kata-kata yang diucapkan menjadi lebih berkekuatan, karena ia tahu
apa yang seharusnya TIDAK dikatakan.
3. Semua yang dikatakan selalu disertai rasa hormat kepada lawan bicara,
dan selalu disertai kesediaan untuk mendengar dan berdialog.

Kalau kita baca riwayat kisah para nabi, maka kemampuan untuk menjadi
pendengar yang baik itu sangat menonjol. Kemampuan itu-lah yang akhirnya
mengasah sang nabi sehingga mampu mendengar suara Tuhan.

Kalau mendengar kata-kata sesama manusia yang kelihatan saja ndak mampu,
bagaimana bisa mendengar suara Tuhan yang tidak kelihatan?