Tuesday, July 29, 2003

Tentang Saya

Saya sempat menjadi editor/penulis buku sains sekolah dasar dan menengah di sebuah penerbitan di kawasan kelapa gading, jakarta, selama beberapa waktu. Sayangnya saya nggak bisa dibilang berhasil dalam pekerjaan ini. Untungnya (berhubung saya orang jawa, jadi selalu untung) pekerjaan ini membuat saya jadi senang menulis. Waktu itu saya menulis artikel-artikel ilmiah populer di sebuah majalah kecil yang cuma dibaca segelintir orang. Sekarang majalah itu sudah bangkrut (mungkin gara-gara tulisan saya ...). Tapi untungnya (untung lagi?) saya jadi lebih terlatih dalam menulis. Dulu tulisan-tulisan saya berbelit-belit dan sangat sulit dimengerti. Sekarang tulisan saya masih sulit dimengerti, he he he ..... tapi sudah nggak berbelit-belit seperti dulu! (Dengan demikian polemik antara berbelit-belit dan tidak berbelit-belit dianggap selesai. (red).)

Saya juga pernah jadi guru fisika di sebuah sekolah menengah di daerah sentul, jawa barat, yaitu "Sekolah Menengah Bundo Kanduang" ("Bundo Kanduang" adalah nama warung padang favorit saya yang mangkal di sebelah sekolah tempat saya mengajar). Waktu itu saya berusaha sebaik-baiknya untuk menjadi guru yang baik, lho! Tapi, lagi-lagi, saya nggak berhasil. Sungguh kasihan murid-murid saya! Saya mengaku terus terang bahwa murid-murid yang jeblog itu kesalahan saya. Sedangkan yang berhasil itu memang sudah pinter dari sono-nya.

Hidup ini memang sulit. Tapi saya senang bermain dan mendengar musik. Saya suka kopi panas dan singkong goreng. Saya suka jalan-jalan sore, nonton film, baca buku yang aneh-aneh. Pokoknya saya senang menikmati hidup. Titik! Filsafat saya: "Nikmati hidup sebaik-baiknya. Yang sulit tetap akan sulit. Tetapi anda bisa menghadapi segala kesulitan SAMBIL menikmati hidup, bukan?"

Selain jalan-jalan sore dan nonton, saya juga menikmati sains. Saya pernah kuliah fisika, dan berhasil "lulus" dengan susah payah. Dan sekarang saya menikmati sains interdisipliner, yaitu perpaduan antara fisika, kimia, matematika, komputer, kopi panas, singkong goreng, dan musik jazz.

Saya dilahirkan di kota malang, jawa timur. Tapi saya menganggap bahwa hidup saya ini sungguh penuh dengan keberuntungan. Memang saya menghabiskan sebagian besar hidup saya di jakarta, tetapi saya tetap menganggap diri saya sebagai orang jawa.

Tetap merdeka,
hormat saya,

Sunday, June 8, 2003

Questionnaire

Seberapa spesifikkah informasi yang bisa diperoleh dari statistik?
Statistik bisa dirancang sespesifik mungkin, asalkan variabelnya bisa dikuantifikasi. Contoh: data administratif perpindahan agama adalah data kuantitatif, oleh karena itu bisa di-statitistikan.

Dalam design questionnaire (terutama dalam ilmu sosial), seringkali muncul juga pertanyaan-pertanyaan yang bersifat kualitatif. Ini bukan masalah gampang.

Contoh:

Misalkan anda bertanya: Seberapa dalamkah penghayatan agama anda?

Anda diberi pilihan:
1. Sangat dalam
2. Dalam
3. Cukup dalam
4. Agak dalam
5. Kurang dalam.

Dari segi design questionnaire, bentuk pertanyaan di atas ini kurang baik, sebab sangat bergantung pada interpretasi subyektif si responden.

Yang lebih baik (dan signifikan untuk statistik), adalah sbb.
Seberapa sering anda berdoa?
1. Lebih dari 5 kali sehari
2. 5 kali sehari
3. Kurang dari 5 kali sehari
4. Beberapa kali seminggu.
5. Kurang dari beberapa kali seminggu

Singkatnya, interpretasi diserahkan pada si analis, bukan di tangan responden.

Thursday, March 6, 2003

Menyembah Tuhan

Seperti apakah Tuhan yang disembah banyak orang? Banyak orang bukan menyembah Tuhan yang sesungguhnya, tetapi "Tuhan lain" yang mereka ciptakan sendiri. Tidak aneh jika ada dua pihak yang saling berperang, saling membunuh, yakin bahwa Tuhan ada di pihaknya! Tentu saja Tuhan
mencintai orang Amerika, Yahudi, Arab, atau Indonesia, dengan cinta yang sama besarnya. Jika ada orang yang percaya bahwa Tuhan hanya mencintai bangsanya sendiri, dan membenci bangsa yang lain, sehingga memerangi bangsa yang "dibenci Tuhan" itu adalah perang suci, maka kita melihat contoh bagaimana orang menyembah Tuhan ciptaanya sendiri.

Tuhan (yang sejati) tentu saja menghendaki kesejahteraan, dunia-akhirat, bagi seluruh umat manusia. Entah itu bangsa "kafir" atau bangsa yang "menganut agama yang benar". Jika kita menyembah Tuhan yang benar, maka kita akan menyalakan lilin, dan bukannya mengutuk kegelapan, apalagi memeranginya. Jika kita menyembah Tuhan yang benar, maka kita akan berjuang memperbaiki struktur yang menindas, dan bukannya membenci, menyalahkan, atau melempar bom. Jika kita menyembah Tuhan yang benar, kita tidak akan membakar rumah ibadat, melainkan bersama-sama membangun negri. Jika kita menyembah Tuhan yang benar, kita akan memperjuangkan perdamaian, dan bukannya mengobarkan kebencian.

Tidak ada satu pun bangsa di dunia yang dapat mengklaim dirinya sebagai bangsa yang menyembah Tuhan yang benar. Semua bangsa di dunia telah menjadi konyol dan memalukan. Korup, mementingkan diri sendiri. Barat atau Timur sama buruknya. Laskar Jihad sama konyolnya dengan bule-bule yang mereka perangi. Orang Arab, tidak lebih baik, secara moral, dibanding orang Yahudi. Orang-orang Indonesia yang membakar hingga mati hangus seorang maling ayam, tidak bisa menganggap dirinya lebih bermoral daripada orang Amerika! Para anggota DPR yang terhormat, ternyata jauh lebih korup daripada presiden yang mereka jatuhkan ?


Tetapi masih ada orang-orang yang menyembah Tuhan yang benar. Orang-orang ini, mungkin tidak banyak jumlahnya, tersebar di seluruh muka bumi. Merekalah yang menjadi benih benih dunia baru. Mereka tidak menonjol, tidak menjadi selebriti dengan menyebarkan kebencian.. Tidak diwawancara di TV sebagai tokoh yang sangat pandai mengkritik. Mereka tidak pamer kekuatan di bundaran HI, hanya supaya diliput TV swasta. Mereka tidak dikenal, bahkan lebih suka menggunakan nama samaran,
tetapi eksistensi mereka sangat kuat! Melalui merekalah dunia dicegah dari kehancuran. Mereka berjuang dengan diam-diam. Dan yang terpenting: mereka bekerja secara konkrit bagi kesejahteraan manusia, tanpa memperdulikan suku, ras, atau agama.

Thursday, October 3, 2002

Our Purpose

We should not be in the business of tearing people down. We should be in the business of building people up.

Tuesday, September 3, 2002

Agama Yang Benar

Agama yang benar bukan dinilai dari kecanggihan konsepnya, atau klaim-nya sebagai yang paling sempurna atau "yang terakhir", meskipun klaim tersebut tertulis secara eksplisit di dalam kitab sucinya.

Agama yang benar dinilai dari keberhasilannya menghasilkan manusia yang luhur, manusia yang berbakti kepada Tuhan dengan segenap jiwa raganya, dan manusia yang mampu mencintai tanpa syarat.

Adam dan Hawa

Apakah menjadi soal jika anda adalah hasil evolusi dari sejenis hewan seperti kera? Ini analog dengan mengatakan bahwa kedudukan anda lebih mulia dari tetangga anda karena anda keturunan bangsawan, sementara tetangga anda keturunan perampok! Kualitas kemanusiaan anda diukur dari seberapa besar usaha anda sekarang untuk mengangkat eksistensi anda ke tingkat yang luhur, dan bukannnya ditentukan oleh siapa nenek moyang anda!


Sunday, September 1, 2002

Penjara

gelap dingin

cuma dinding, atap, ubin lembab


tapi tak terkunci pintunya!

tak tahukah?


menggigil beku di sini saja,

tak hendak melayang

ke cakrawala asing,

daerah tak bertuan?