Saturday, March 19, 2005

Mencapai Puncak


Ada orang yang ingin mendaki ke puncak gunung tertinggi. Menancapkan bendera kemenangan, menjadi orang hebat dan terkenal, guru yang disegani, orang yang telah mencapai pencerahan, yang telah menemukan kebenaran sejati.

Ada orang yang turun ke bawah, hanya sekedar menggali sumur. Sumurnya menjadi sumber air segar bagi semua orang. Tetapi si penggali sumur sudah pergi, meneruskan perjalanan, dan dilupakan.


Banyak orang yang berambisi mencapai pencerahan. Ada yang hanya sekedar menyalakan lilin penerang untuk menerangi perjalanan orang lain.

Di kalangan pendidik ada istilah "pendidikan seumur hidup".

Belajar, mengembangkan diri, mencari, dan berjuang adalah bentuk-bentuk ekspresi kehidupan.

Benarkah bahwa jika seseorang telah menemukan kebenaran maka ia akan berhenti mencari? Benarkah bahwa jika ia telah mencapai puncak maka ia akan berhenti berjuang? Benarkah bahwa jika ia telah mencapai pencerahan maka ia akan berhenti belajar?

Tetapi jika kita berhenti, maka hidup juga akan berhenti!

Jika benar demikian, maka "puncak", "kebenaran sejati", dan "pencerahan" adalah musuh-musuh kehidupan!

Atau mungkinkah bahwa seluruh kebenaran sejati itu ada di dalam perjalanan, dan bukannya berada "di ujung jalan"?

Ada orang-orang yang yakin bahwa mereka "sudah sampai". Namun dimanakah itu tempat dimana kita sudah sampai?

Di mana pun juga!

Dimanapun juga kita mengakhiri perjalanan, maka di situ pulalah kita telah sampai.

Kita berangkat dari Jakarta dan berhenti di Bogor. Maka kita telah "sampai" di Bogor. Kemudian kita meneruskan perjalanan dan berhenti di Sukabumi. Maka, kita telah "sampai" di Sukabumi. Barangkali "Bogor" dan "Sukabumi" hanyalah tempat-tempat untuk beristirahat saja. Barangkali yang lebih penting adalah perjalanan itu sendiri.

Sang Murid mengetok pintu.

"Tok, tok, tok ....!!"

Guru:"Ya, ada apa?"

"Guru, aku ingin belajar bagaimana mencapai puncak spiritualitas"

Sang Guru menjawab:"Silahkan pergi!"

Beberapa waktu kemudian, sang Murid mengetok pintu lagi.

"Ada apa?"

"Guru, aku ingin mencapai pencerahan."

"Angkat kaki dari sini!", bentak si Guru.

Si Murid tidak putus asa. Ia kembali lagi.

"Apa?", bentak si Guru garang.

"Guru, aku ingin belajar tentang kebenaran sejati."

"Gubrrakkk!" Sang Guru membanting pintu. Membiarkan Murid di luar.

Beberapa hari kemudian, si murid kembali lagi.

"Kamu lagi. Mau apa?" Kata si Guru.

"Ah, nggak ada apa-apa. Saya cuma mau mampir beristirahat, sebelum meneruskan perjalanan"

"Ha, ha, ha ....!! Silahkan masuk. Mari duduk di sini, minum teh bersamaku!", kata sang Guru ramah.