Tuesday, November 30, 2004

Agamaku Paling Benar?

Banyak "diskusi" di berbagai milis bertujuan untuk menunjukkan
"kesesatan agamamu" dan "kebenaran agamaku".


Namun saya berpendapat bahwa jika seseorang sudah menghayati kebenaran
agamanya sendiri seharusnya dia tidak mempunyai kebutuhan untuk
menemukan dan menyebarluaskan "ketidakbenaran" agama lain. Apakah ia
tidak cukup percaya dengan kebenaran agamanya sendiri, sehingga
membutuhkan "kesesatan" agama lain untuk meyakinkan diri sendiri?


Sebagai seorang katolik, saya dapat membuka kitab suci agama "X"
(misalnya), dan jika saya berusaha cukup keras, barangkali saya akan
menemukan hal-hal yang "janggal, kontradikitif, tidak masuk akal,
bahkan sesat" (ditinjau dari sudut pandang agama saya). Tetapi apa
manfaatnya?


Pertama-tama, apa yang saya temukan itu tidak ada manfaatnya
sedikitpun bagi saudara-saudara saya umat "X". Selain hanya
menimbulkan rasa tersinggung dan kemarahan, sangat kecil kemungkinan
bahwa yang saya temukan itu akan bermanfaat, apalagi mengubah
kepercayaan mereka!


Kedua, apa yang saya temukan itu tidak ada manfaatnya sedikitpun bagi
saya atau saudara-saudara saya seiman. Iman saya tidak dibangun di
atas "ketidakbenaran" agama lain, melainkan dibangun di atas relasi
pribadi saya dengan Tuhan.


Bagi saya, jauh lebih bermanfaat untuk menemukan dan mempelajari
kebenaran-kebenaran yang terkandung di dalam agama lain. Tentu saja
iman saya tidak dibangun di atas kebenaran agama lain. Namun,
kebenaran - dari mana pun datangnya - selalu bermanfaat. Kebenaran
membuka cakrawala, membebaskan pikiran saya dari tembok kepicikan, dan
memperlancar usaha untuk kerja sama antar umat beragama membangun
dunia yang lebih baik.