Monday, May 23, 2005

FOCUS!

"Your Focus Determine Your Reality"

That's a very simple truth.
Focus is everything. Without focus,

1. you cannot BE your true self, and,
2. you cannot GIVE your true self,
3. you cannot PERCEIVE and RECEIVE the most precious gift being given to
you.

BEING, GIVING, PERCEIVING, RECEIVING

All of those, are realized by a mere act of focusing.

Sunday, May 22, 2005

A Flash of A Moment

A Flash of A Moment.
Just a moment?
A second?
An Hour?
Eternity?

A Flash of A Moment.
A Timeless Here,
and
Now

Friday, May 13, 2005

Menafsirkan Kitab Suci

1. Pendapat bahwa ada dalil-dalil di dalam KS yang tidak dapat
ditafsirkan kembali, bukankah juga merupakan pendapat yang dapat
ditafsirkan kembali?

2. Misalkan anda berkeyakinan bahwa huruf-demi-huruf di dalam kitab
suci anda berasal langsung dari Tuhan sendiri. Ini adalah asumsi dasar
(entah berasal dari iman anda, atau dari sumber lain), sebelum anda
membuka dan membaca kitab suci anda. Barangkali anda akan menunjukkan
berbagai bukti bahwa asumsi anda itu benar. Tetapi, sebenarnya anda
SUDAH berasumsi demikian entah anda punya bukti atau tidak. Nah, ini
saya yakin sebenarnya open to reinterpretation!

3. Bagaimana jika kita memandang kitab suci sebagai catatan manusia
(entah dari satu nabi tertentu, atau dari banyak nabi) tentang
bagaimana mereka MENAFSIRKAN pengalaman spiritual mereka. Dengan kata
lain, kitab suci itu sendiri tidak lain tidak bukan adalah sudah
merupakan suatu bentuk penafsiran! Jadi ketika anda membuka KS, maka
yang anda baca adalah suatu bentuk penafsiran manusia terhadap
pengalaman batinnya.

4. Saya tidak bisa membantah atau setuju bahwa seorang "nabi" mungkin
mendengar suara-suara di dalam kepalanya (atau telinganya) yang
"mewahyukan" berbagai kalimat. Tetapi bagaimana dia bisa yakin bahwa
suara-suara itu berasal dari Tuhan, dan bukannya berasal dari
sumber-sumber lain? Saya yakin bahwa anda akan menunjukkan berbagai
bukti bahwa kalimat-kalimat tersebut tidak bisa tidak PASTI berasal
dari Tuhan. Namun tidak ada seorang pun yang sebenarnya memahami
bagaimanakah itu hakekat Tuhan. Kalau demikian, bagaimana mungkin ada
seseorang pun di dunia ini yang bisa membuktikan bahwa ada suatu hal
yang PASTI berasal dari Tuhan?

5. Saya berpendapat bahwa yang sesungguhnya terjadi adalah: Seorang
nabi mengalami suatu pengalaman spiritual yang sangat intens (entah
dalam bentuk "suara-suara" atau bentuk-bentuk lain), kemudian ia
MENAFSIRKAN pengalamannya itu sebagai kehadiran Tuhan.

6. Kesimpulan: Bahkan sejak awal terbentuknya agama pun, segala
sesuatunya tidak pernah bisa dilepaskan dari penafsiran. Tidak ada
satu pun pengalaman spiritual manusia, entah itu di dalam diri seorang
nabi atau manusia biasa, yang benar-benar obyektif. Subyektifitas
adalah bagian yang tak akan pernah bisa dilepaskan dari spiritualitas
yang manapun.

Thursday, May 5, 2005

Berpikir merdeka, merdeka berpikir

Berpikir merdeka, merdeka berpikir

Seseorang yang merdeka bisa pergi kemana pun. Tetapi kemana pun ia pergi, ia akan selalu berada di suatu tempat. Kecuali kalau ia berhenti "ada".

Seorang yang berpikir merdeka bisa berpikir dengan cara apapun. Tetapi selalu dengan suatu cara. Kecuali kalau ia berhenti berpikir.

Pertanyaan sangat penting:"Apakah saya hanya bisa berpikir dengan satu cara?" Jika ya, maka saya tidak dapat berpikir merdeka. Sebab saya tidak dapat berpindah-pindah dari satu cara ke cara lain sesuka hati.

Bagaimana kalau saya hanya dapat berpikir dengan satu cara?

Paling tidak saya bisa merdeka berpikir: Memilih antara berpikir atau tidak berpikir sama sekali.

Atau ngawur dan edan.

Sunday, May 1, 2005

Dimensi

Kalau di fisika, istilah "dimensi" itu pengertiannya sangat terbatas.

Jumlah dimensi menyatakan berapa angka yang dibutuhkan untuk bergerak
dari titik A ke titik B. (Dalam bahasa fisika: derajat kebebasan,
degree of freedom)

Umpamanya titik A dan B berada pada suatu garis.
Untuk bergerak dari A ke B hanya perlu satu angka saja, misalnya "10
meter ke depan", atau "4 langkah ke belakang". Karena itu garis disebut
"berdimensi satu".
Secara matematis, gerak satu dimensi bisa digambarkan dengan satu sumbu
saja, umpamanya "sumbu X".

Kalau titik A dan B berada di permukaan (misalnya permukaan meja, atau
lapangan), maka perlu dua angka untuk menyatakan pergerakan dari titik
A ke titik B, misalnya "2 langkah kekiri, lalu 3 langkah ke depan".
Karena itu permukaan disebut "berdimensi dua". Secara matematis
digambarkan dengan 2 sumbu, yaitu sumbu x dan y.

Kalau titik A dan B berada di ruangan, perlu 3 angka untuk bergerak
dari A ke B, misalnya "2 langkah ke kanan, 4 langkah ke belakang, 5
langkah ke atas". Jadi ruangan disebut "berdimensi 3". Secara
matematis: x,y,z (karena perlu 3 angka).

Apa hubungannya dengan waktu? Ternyata untuk bergerak dari titik A ke
titik B juga membutuhkan waktu, bukan? Misalnya jika titik A dan titik
B berada pada satu garis, maka pergerakan dari A ke B, harusnya
membutuhkan 2 (dua) angka, misalnya: "2 langkah ke depan, dan
berlangsung selama 5 detik".
Jadi setiap pergerakan dari titik A ke titik B selalu ada dimensi ruang
dan dimensi waktu, yang tidak terpisahkan.

Jadi sebenarnya pergerakan dari titik A ke titik B - misalnya dalam
ruang 3 dimensi - membutuhkan 4 (empat) angka, yaitu 3 angka ruang, dan
1 angka waktu. Sehingga kita menyebutnya sebagai 4-dimensi.

Ide ini dilontarkan oleh Hermann Minkowski, seorang ahli matematika
yang pernah menjadi guru Einstein. Menurut Minkowski, ruang dan waktu
adalah kesatuan yang tidak dapat terpisahkan. Selanjutnya ide ini
digunakan oleh Einstein dalam karya-karyanya.

Big Bang

Teori Big Bang hanya menyimpulkan dari fakta-fakta pengamatan,
terutama:

1. pengamatan Edwin Hubble, bahwa semua galaksi bergerak saling
menjauhi. Sehingga, dahulunya pasti bermula dari satu tempat.
2. pengamatan cosmic-background, yaitu sisa-sisa ledakan di masa lalu.

Seorang ilmuwan menyusun teori berdasarkan fakta yang dikumpulkan dan
berdasarkan eksperimen, lain tidak.

Nah, berdasarkan pengamatan itu: Alam semesta itu ada permulaannya, dan
permulaan itu berawal dari satu tempat.

Apakah alam semesta itu terjadi secara kebetulan, atau diciptakan oleh
seorang pencipta? Ilmuwan tidak dapat menjawab itu, dan memang itu
bukan wilayah sains. Itu adalah wilayah agama atau filsafat. Ilmuwan
hanya menyimpulkan dari apa yang diamati, tidak lebih tidak kurang.

Menurut saya sih, apa salahnya Tuhan menciptakan alam semesta melalui
Big-Bang?

Apa salahnya Tuhan menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi?
Bukankah Tuhan bisa saja menciptakan segala sesuatu dengan cara apa
saja?

Menurut saya: Evolusi TIDAK terjadi secara kebetulan, melainkan melalui
proses yang sangat cerdas.

Jadi perlu ada kecerdasan yang mengatur terjadinya evolusi, perlu ada
"Sang Pencipta" yang mengatur terjadinya segala sesuatu, termasuk Big
Bang.

Salah satu misteri besar dari Big Bang adalah bahwa hukum alam (yang
mengatur segala sesuatunya di alam ini) baru tercipta sesaat sesudah
big bang. Tetapi, dari mana datangnya hukum alam itu?

Sebagai seorang scientist, saya percaya bahwa sains bukan datang dari
Iblis, sebab semakin anda mendalaminya, semakin besar rasa kekaguman
anda. Einstein sendiri pernah mengatakan bahwa:"Yang paling sulit
dimengerti tentang alam ini, adalah bahwa alam ini dapat dimengerti!".
Artinya, ada keteraturan, ada hukum-hukum yang mengatur seluruh tingkah
laku alam semesta ini. Tetapi dari mana datangnya keteraturan itu?
Bagaimana mungkin bisa muncul keteraturan itu? Itulah misteri besar
alam semesta ini.